Begini Hasil Rekomendasi Munas Ke-I Paguyuban Pegiat Magot (PPM) Nusantara

| BANDUNG,- Paguyuban Pegiat Magot (PPM) Nusantara menggelar musyawarah nasional Ke-I Tahun 2020 melalui saluran zoom meeting, Sabtu (24/10/2020). Hasil munas pun merekomendasikan beberapa hal terkait dengan solusi permasalahan tentang lingkungan. Berdasarkan rilis yang diterima redaksi, Munas PPM Nusantara menghasilkan beberapa rekomendasi. Seperti yang dinyatakan Ketua PPM BSF Nusantara, Muhammad Ardhi Elmeidian ada beberapa rekomendasi yang dihasilkan, antara lain, para pserta Musyawarah Nasional menyarankan Direktorat Pengelolaan Sampah untuk melakukan percepatan Revisi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, Dan Recycle Melalui Bank Sampah, dengan memasukan Sampah Organik sebagai bagian dari kegiatan 3 R di Bank Sampah, Bank Sampah Induk, Pusat Daur Ulang (PDU), dan TPS 3 R. Untuk itu, Tim Pakar PPM BSF siap membantu. "Dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para peserta PPM Nusantara dan percepatan dalam melaksanakan Pengolahan Sampah Organik dengan Biokonversi Magot BSF, para peserta Munas menyarankan agar Pusat Pelatihan Masyarakat dan Generasi Lingkungan Badan Pengembangan SDM dan Direktorat Pengelolaan Sampah Ditjen PSLB3 Kementerian LHK untuk memperbanyak program dan kegiatan pembinaan, pelatihan dan bimbingan teknis serta fasilitasi lainnya kepada anggota PPM Nusantara," katanya. Selain itu untuk meningkatkan dayaguna dan hasilguna dalam Pembangunan Infrastruktur Pengelolaan Sampah (BSI, PDU, TPS3R, dll), disarankan adanya Percontohan (Demplot) pengolahan sampah organik dengan biokonversi Magot BSF yang cukup besar dan dikelola secara professional di tiap Kabupaten/Kota atau sekurang-kurangya di tiap Provinsi. "Percontohan (Demplot) dikembangkan kerjasama Direktorat Pengelolaan Sampah dengan PPM Nusantara," katanya. Tidak hanya itu saja, munas pun merekomendasikan, agar pengolahan sampah organik dengan biokonversi BSF seyogyanya menjadi bagian dalam pembangunan BSI, PDU dan TPS3R. Dalam pengoperasian infrastruktur pengolahan sampah (BSI, PDU, Bank Sampah) yang sudah/sedang dibangun oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah, disarankan untuk melibatkan partisipasi anggota PPM Nusantara di lokasi/daerah pembangunan infrastruktur tersebut. "Munas juga menyarakankan Kementerian LHK untuk menjadi pelopor Pengolahan Sampah Organik dengan Biokonversi BSF sebagai Gerakan Nasional, dengan semangat: Gotong Royong, Perbaikan Lingkungan Hidup, Pengurangan Emisi GRK dan Mitigasi Perubahan Iklim, Penciptaan Lapangan Kerja, Revolusi Hijau 4.0, Mewujudkan Ketahanan/Kemandirian Pangan serta Memperkokoh Ketahanan Nasional," katanya. Bahkan lanjutnya, untuk mewujudkan Gerakan Nasional Pengolahan Sampah Organik dengan Biokonversi BSF dan mewujudkan pengurangan sampah 30 % Tahun 2025 dan Indonesia Bersih tahun 2030, "Munas juga merekomendasikan adanya Peraturan atau Keputusan Bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertahanan, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Pertanian, Menteri PUPR, serta Menteri Desa, Transmigrasi dan Daerah Tertinggal tentang Gerakan Nasional Pengolahan Sampah Organik Berbasis Masyarakat," katanya. Sementara itu Prof. (riset). Dr. Ir. Agus Pakpahan, M.Sc. (Ketua Dewan Pembina PPM Nusantara) menyatakan, bangsa Indonesia patut bersyukur, diberkahi Allah SWT iklim tropika. Sifat utama iklim tropika adalah panas, lembab dan basah. Apa implikasinya? Proses dekomposisi bahan-bahan organik terjadi sangat cepat; Dengan karakteristik tersebut maka produk pertanian atau makanan akan cepat busuk, menyebarkan berbagai jenis patogen dan kerugian sosial-ekonomi yang besar apabila tidak dikelola dengan benar. Lalat, khususnya BSF (Black Soldier Fly), adaptif dengan sifat iklim tropika tersebut. "BSF dapat menjadi "mesin" biologis untuk mengatasi dampak negatif sifat iklim tropika dan bahkan sebaliknya mengubah dampak negatif tersebut menjadi manfaat atau berkah bagi bangsa tropika, khususnya kita di Indonesia. Sebenarnya jenis lalat lainnya juga dapat dibudayakan dan menjadi sumber protein hewani yang cukup potensial. Namun kita tidak kembangkan, karena takut terjadi fitnah sebab lalat lainnya dapat menjadi vector penyakit. Salah satu kelebihan BSF dibandingkan lalat lainnya adalah BSF bukan vector / penyebar penyakit;" katanya. "Saya sangat gembira dan menyambut baik inisiatif PPM BSF yang proaktif menyelenggarakan pertemuan yang sangat strategis dan berharga bagi masa depan Indonesia. PPM juga sangat aktif mengedukasi masyarakat untuk pengolahan sampah organic dengan biokonversi Magot BSF. Semua Langkah itu insya Allah akan menjadi barokah multidimensi bagi kita di Indonesia," tambahnya. Sementara itu DR. Novrizal Tahar, Direktur Pengelolaan Sampah DitjenPSLB3 – KLHK menyatakan pihaknya menyambut baik atas prakarsa PPM mengadakan pertemuan ini, karena hal ini menunjukan semangat dan komitmen PPM untuk terus mendorong upaya pengolahan sampah organik dengan Magot BSF dan memberikan manfaat positif lainnya kepada masyarakat. Peserta Munas yang berasal dari 27 Provinsi menunjukan bahwa budidaya Magot sudah dikenal di hampir seluruhIndonesia. "Dalam rangka memfasilitasi pengolahan sampah organi secara optimal, kami sedang mengkaji untuk melakukan perbaikan/revisi Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, Dan Recycle Melalui Bank Sampah. Untuk itu, nanti kami akan meminta bantuan dari Prof. Agus Pakpahan dan kawan PPM untuk memberi masukan dalam penyempurnaan Peraturan Menteri tersebut," jelasnya. Untuk mendorong perkembangnya PPM Nusantara di daerah-daerah, kami berharap teman-teman berkoordinasi dan berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah masing-masing. Kami akan mendorong kepadan semua Pemerintah Daerah; 'Kami berharap, semoga PPM Nusantara terus berkembang pesat ke seluruh Indonesia dan semua anggotanya tetap semangat berkarya nyata dan terus bergerak karena perjuangan masih panjang," katanya. (wan)