Oleh : Entang Sastraatmadja

SEKALIPUN  sektor pertanian dinilai lebih unggul dibandingkan sektor-sektor pembangunan lain di era pandemi covid 19, namun yang nama nya kaum tani tetap saja berada dalam suasana hidup yang memprihatinkan. Nasib dan kehidupan petani, rupa nya tidak dapat disetarakan dengan pertumbuhan positip sektor pertanian. Bahkan kalau kita boleh jujur, di era pandemi covid 19, para petani lebih banyak yang gelisah ketimbang yang ceria dalam menatap masa depan kehidupan nya. Dibandingkan dengan warga negara lainnya, yang nama nya petani, khusus nya lagi petani gurem dan petani buruh, merupakan bagian dari masyarakat yang kondisi kehidupan nya masih memilukan.  Sebagian besar dari mereka terekam masih kesusahan dalam menyambung nyawa kehidupan nya. Dengan penghasilan yang pas-pasan, mereka harus mampu meneruskan kehidupan keluarga nya, membiayai sekolah putra-putri nya dan harus mampu membiayai ke dokter jika ada keluarga nya yang sakit. Mereka tidak bisa menjadikan pandemi covid 19 sebagai alasan untuk menghentikan aktivitas kehidupan nya. Justru dengan ada nya pandemi covid 19, para petani diminta untuk lebih produktif dalam mengelola usahatani nya.  Hal ini penting dicatat, karena untuk berjaga-jaga akan adanya krisis pangan seperti yang diumumkan FAO, maka cadangan pangan kita harus kokoh dan kuat, demi terwujudnya ketahanan pangan yang berkualitas. Petani adalah pahlawan pangan. Mereka inilah yang berjuang keras memenuhi kebutuhan makanan utama sebagian besar warga masyarakat. Mereka berkiprah tanpa pamrih. Itu sebab nya nilai kejuangan mereka penting kita cermati dengan seksama. Mereka inilah yang pada saat musim tanam tiba pergi berduyun-duyun ke pematang sawah untuk menanamkan benih-benih padi di atas lahan yang sudah diolah nya. Walau terkadang mereka dihadapkan pada kelangkaan pupuk, namun mereka tetap tabah menjalankan kegiatan nya. Begitulah kehidupan petani di negeri ini. Walau banyak yang menuding para petani ikhlas dan rela melakukan semua nya itu, tapi tidak ada seorang pun yang mampu memahami bagaimana sebetul nya kegelisahan mereka dalam mengarungi kehidupan ini.  Apa sesungguh nya yang berada dalam benak mereka tatkali dikabarkan akan ada La Nina. Apa sebetul nya yang tertanam di nurani mereka ketika kemudian terinformasikan bahwa yang nama nya Badan Koordinasi Penyuluhan sekarang ini sudah dibubarkan. Petani tentu berkeinginan untuk hidup sejahtera. Mereka pasti mendambakan persoalan lahir bathin kehidupan nya terselesaikan. Mereka mananti bukti, kapan setelah 75 tahun merdeka, Pemerintah bakal mensejahterakan kehidupan nya.  Lebih jauh dari itu, pasti mereka akan selalu bertanya-tanya kapan diri nya terbebaskan dari suasana hidup sengsara ? Hal ini sah-sah saja menyeruak dalam panggung kehidupan, karena salah satu tugas penting Pemerintah adalah mensejahterakan kehidupan mereka. Kegelisahan petani semacam ini, tentu sangat perlu untuk segera dicarikan solusi nya. Sebuah kesalahan besar, jika kita sudah mengenali apa yang menjadi kegundahan petani dalam menatap kehidupan nya, ternyata kita hanya berdiam-diri, tanpa ada upaya untuk menuntaskan nya.  Apa yang digambarkan diatas, sudah jelas memberi tugas kepada kita bahwa petani perlu diberdayakan dan dimartabatkan agar kondisi kehidupan nya menjadi lebih baik lagi. Diberdayakan agar para petani memiliki kemampuan (ability), kemudian dimartabatkan agar mereka mempunyai kewenangan dalam mengarungi kiprah kehidupan nya. Kita berkewajiban untuk menghapus kemiskinan yang melilit kehidupan nya. Kita punya tanggungjawab untuk semakin serius mempercepat terjadi nya perbaikan kualitas hidup mereka ke arah yang lebih baik.  Dan yang tidak kalah menarik untuk dijadikan bahan perbincangan, ternyata kita pun dituntut untuk memberi bukti akan kesungguhan ini ketimbang hanya mengumbar janji gombal semata. Kegelisahan yang menyelimuti kehidupan petani beserta keluarga nya, sudah seharus nya menjadi kegelisahan kita bersama. Secara lahiriah kita tidak boleh menbiarkan petani hidup penuh dengan penderitaan. Apalagi secara bathiniah nya.  Petani secepat nya harus disejahterakan. Jangan biarkan mereka hidup dalam keputus-asaan. Tugas kita bersama untuk merubah keputus-asaan menjadi terbentang nya kehidupan yang penuh dengan harapan. (Penulis, Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat)