Kalak BPBD Jabar Dani Ramdhan: Longsor Jadi Bencana Alam Tertinggi di Jabar Tahun 2020

Bencana alam di Jabar memakan korban jiwa sebanyak 65 orang

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, Dani Ramdhan (kiri) saat terjun langsung ke lokasi longsor di Jayagiri Kec. Lembang Kab. Bandung Barat, Jumat tengah malam 25/12/2020.

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, Dani Ramdhan (kiri) saat terjun langsung ke lokasi longsor di Jayagiri Kec. Lembang Kab. Bandung Barat, Jumat tengah malam 25/12/2020.

BANDUNG, roemahmedia.com - Selama tahun 2020 bencana alam di Jabar terjadi sebanyak 1.861 kejadian. Dari jumlah tersebut, longsor menjadi bencana alam tertinggi dengan 852 kali kejadian.  Disusul bencana yang disebabkan angin puting beliung 470 kali, banjir 280 kali, kebakaran hunian 198 kali, kebakaran lahan hutan 35 kali, gempa bumi 15 kali dan gelombang pasang 11 kali. Demikian disampaikan Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar, Dani Ramdhan melalu pesan WhatsApp kepada roemahmedia.com, Jumat (1 Januari 2021). Ket. foto: Bencana longsor yang terjadi di Jayagiri Kec. Lembang Kab. Bandung Barat, Kamis malam 24/12/2020 Bencana alam tersebut memakan korban jiwa sebanyak 65 orang, sedangkan yang terdampak sebanyak 1.042.058 orang. Tak hanya memakan korban jiwa, bencana alam tersebut berdampak pada kerusakan material. Sebanyak 1.235 rumah mengalami rusak berat, 1.547 rusak sedang, 4.834 rusak ringan dan 307.540 rumah terendam atau tertimbun. Di sisi lain, Kabupaten Bogor menjadi daerah tertinggi mengalami bencana alam sebanyak 361 kejadian. Disusul Kabupaten Sukabumi 236 kejadian, Kabupaten Ciamis 171 kejadian, Sumedang 130 kejadian, Kota Bogor 124 kejadian, dan Garut 105 kejadian. Pemerhati dan Praktisi Agrobisnis Ir. M Atamimi menyoroti  masalah tingginya bencana longsor di Jawa Barat. Menurutnya, alih fungsi lahan dan perusakan hutan menjadi penyebab utama terjadinya longsor dan banjir.  Menurut Atamimi yang juga mantan Anggota Komite Perencana Bapeda Jabar tersebut mengemukakan Pemprov Jabar perlu menerapkan program agroforesty untuk rehabilitasi .kawasan hutan. Penanaman hanya dengan pepohonan keras seperti pohon jati ataupun sengon di kawasan hulu, dinilai Atamimi tidak eefektif karena mengganggu matapencaharian warga sekitar hutan. “Makanya mereka menanam sayuran karena cepat memperoleh penghasilan,” ujarnya. Dengan agroforestry, penanaman hutan tidak hanya pohon kayu tetapi ditanami pohon keras lainnya yang menghasilkan, seprti kopi dan buah-buahan. Selama menunggu hasil panen kopi maupun buah-buahan, warga bisa tumpang sari dengan tanaman sayuran. Sementara itu, guna rehabilitasi lahan kritis di Jabar, Gubernur Jabar Ridwan Kamil telah meluncurkan program Gerakan Tanam dan Pelihara Pohon dengan target  50 juta pohon pada 2021.  Pada tahun 2021 ditargetkan tercapai 50 juta bibit pohon bisa tertanam.  Hal ini disampaikan Gubernur Jawa Barat M. Ridwan Kamil saat menghadiri Gerakan Nasional Pemulihan Daerah Aliran Sungai Tahun 2020 di Kebun Raya Kuningan, Kabupaten Kuningan, Sabtu (28 November 2020).   Menurut Ridwan Kamil, latar belakang gerakan tanam dan pelihara pohon ini karena di Jawa Barat banyak lahan kritis, yang berpotensi menyebabkan bencana longsor dan banjir. “Kami harap tahun depan 50 juta pohon bisa terealisasi dengan cepat, didukung komitmen Pak Presiden saat di Bogor  akan menyumbang 25 juta bibit pohon ke Jawa Barat,” ujar Emil saat itu Di sisi lain, Kepala Dinas Kehutanan Jabar Epi Kustiawan, hingga 23 Desember jumlah bibit pohon yang sudah terkumpul sebanyak 25.145.978 pohon. “Jadi target tahun 2020 menanam sebanyak 20 juta pohon sudah terlampaui,” ujar Epi kepada roemahmedia.com melalui pesan WhatsApp, Rabu 23/12/2020. Kalau perhektar ditanami 400 pohon, lanjut Epi, diperkirakan lahan kritis yang sudah ditanami  setara dengan 62.500 ha. “Sumber bibit berasal dari ASN, Siswa SMA, SMK, Perusahaan, masyarakat,” jelas Epi.***