Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182, apa penyebabnya?

BANDUNG, roemahmedia.com - Tragedi Pesawat Sriwijaya SJ 182 yang terjadi Sabtu lalu menyisakan tanda tanya dan mengundang teka-teki. . Apa sebenarnya yang menjadi penyebab pesawat tersebut gagal mengudara menuju Pontianak. Kalimantan Barat. Beredar berbagai spekulasi penyebab jatuhnya pesawat. Pengamat penerbangan Andi Isdar Yusuf mencoba mengungkap teka-teki penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Dari hasil analisa Andi Isdar Yusuf, sepejrti yang dilansir tribunnews.com, terkuak betapa gentingnya situasi yang dihadapi para pilot Sriwijaya Air SJ-182 sebelum akhirnya jatuh dan hancur. Bagaimana tidak, Andi Isdar Yusuf menduga pilot Sriwijaya Air tak memiliki pilihan dalam waktu dua menit untuk mengendalikan pesawat. Ya, rupanya Andi Isdar Yusuf menduga penyebab terjadinya tragedi ini adalah copotnya elevator pesawat Sriwijaya Air setelah berada di ketinggian ribuan meter. Pilot pesawat Sriwijaya Air SJ-182 hanya punya waktu dua menit. Setelah itu, sriwijaya air jatuh, terjun ke laut. Karena lautnya dangkal, hanya 23 meter, kata Andi Isdar Yusuf, saat elevator Pesawat Sriwijaya Air SJ82, pesawat langsung menghantam lumpur dan terhambur di dasar laut. “Dugaan saya, elevator Pesawat Sriwijaya Air SJ82 copot. Ini kompartemen penting dalam pesawat. Kalau ini copot, pilot tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Andi Isdar Yusuf via telepon, Senin (11/1/2021) pagi. Sementara itu seorang analis penerbangan di Teal Group, Richard Aboulafia menyebut jatuhnya Sriwijaya Air SJ 182 jenis Boeing 737-500 bukan karena cacat desain. Pesawat Sriwijaya Air, jenis Boeing 737-500 berusia 26 tahun, bagian dari seri "Classic" 737 telah dihentikan diproduksi pada 1999. Richard Aboulafia, seorang analis penerbangan di Teal Group, tidak percaya kecelakaan itu akibat cacat desain pada model tersebut. "Ini bahkan bukan model sebelum Max, ini telah beroperasi selama 30 tahun sehingga tidak mungkin terjadi kesalahan desain," katanya kepada Bloomberg pada Minggu (10/1/2021). "Ribuan pesawat ini telah dibuat dan produksinya berakhir lebih dari 20 tahun yang lalu, jadi sesuatu akan ditemukan sekarang," harapnya. Dalam email ke Business Insider, Aboulafia mengatakan meskipun 26 tahun masa kerja melebihi usia pensiun yang biasa dari banyak pesawat, bukan hal yang aneh. Bagi pesawat yang sudah tua untuk tetap terbang. "Dan akan sangat aman dengan asumsi prosedur pemeliharaan yang benar diterapkan dan ditegakkan oleh regulator lokal," tulisnya Sedangkan menurut Pengamat Penerbangan Gerry Soejatman masih dini untuk menyimpulkan apa yang terjadi sesungguhnya untuk kecelakaan pesawat SJ-182. Karena masih dibutuhkan data recorder dari black box sehingga gambaran kejadian bisa memberikan kesimpulan yang besar. Titik Black Box saat ini sudah ditemukan. Instansi terkait dalam hal ini Badan SAR Nasional (Basarnas) dan KNKT tengah mengupayakan pengambilan rekaman cockpit suara itu dari perairan. Namun dari laporan KNKT dan barang bukti yang ada di lapangan, bahwa ada dugaan saat di udara pesawat masih dalam kondisi utuh. Menurutnya, tanpa bermaksud ingin mendahului KNKT, pesawat bisa saja menukik tajam dengan kecepatan tinggi dan menyentuh permukaan air yang membuat badan pesawat tercerai berai. "Puing kita lihat yang ukuramnya tidak lebih dari 2,5 meter. Terlihat dari puing yang tidak besar impact air dengan kecepatan tinggi. Kejadian ini sama dengan Lion Air di Karawang. Kalau kita gabungkan dari data yang beredar, konsisten juga pesawat utuh saat turun. Kena air, baru meledak," katanya kepada CNBC Indonesia TV, Senin (11/1/2021). Ia masih sebatas menduga bahwa kemungkinan terjadi disorientasi perbedaan apa yang dirasakan oleh pilot dan dari instrumen penerbangan saat pesawat itu memasuki awan tebal. "Di sisi utara bandara awan tebal. Saat mengudara ada perpindahan pilot ke ruang tiga dimensi. Ada challenge yang dirasakan oleh pilotnya dalam kondisi tertentu, ini bisa terjadi konflik di pilotnya. Sehingga dia mulai melakukan aksi yang berbeda dari instrumen," katanya. Dalam hal ini pilot memiliki hak untuk mengatur penerbangan sesuai dengan intuisi untuk beradaptasi dengan situasi dan standar prosedurnya. Gerry menambahkan kecelakaan pesawat sering terjadi akibat dari kombinasi disorientasi kru dan faktor cuaca. Ia menegaskan tidak ada penyebab kecelakaan hanya berasal dari satu faktor. Spekulasi masih terus bermunculan di masyarakat terkait kecelakaan  jatuhnyapesawat Sriwijaya Air SJ-182 Jakarta-Pontianak yang terjadi di wilayah Kepulauan Seribu. Namun, fakta sesungguhnya harus menunggu hasil investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) apa penyebab kecelakaan, termasuk soal apakah SJ-182 meledak di udara sebelum jatuh. Spekulasi soal SJ-182 meledak sebelum jatuh karena adanya laporan nelayan yang menjadi saksi mata dipastikan terdengar ledakan dan adanya percikan api di udara. Tapi laporan saksi mata tidak bisa menjadi acuan fakta kejadian sebuah kecelakaan. Titik Black Box saat ini sudah ditemukan. Instansi terkait dalam hal ini Badan SAR Nasional (Basarnas) dan KNKT tengah mengupayakan pengambilan rekaman cockpit suara itu dari perairan. Kita tunggu!