Sadis! Kucing Diburu Buat Dimakan, Terbongkar di Medan

Foto ilustrasi wikipedia

Foto ilustrasi wikipedia

BANDUNG, roemahmedia.com - Sadis! Itulah yang bisa digambarkan terhadap pelaku perburuan kucing. Perburuan kucing di Kota Medan, Sumatera Utara terbongkar setelah Sonia Rizki kehilangan kucing kesayangannya yang bernama Tayo. Tayo adalah kucing persia big bone warga hitam putih seharga jutaan rupiah.  Kasus tersebut terungkap saat Sonia kehilangan Tayo selama dua hari. Ia pun mulai mencari kucing kesayangannya. Seorang warga mengatakan jika melihat Tayo dimasukkan dalam karung oleh seseorang pria.  Ia mendapatkan kabar jika orang yang diduga mengambil Tayo suka konsumsi daging kucing dan anjing. "Pertama saya tanya ke tetangga saya, katanya ada 2 anak-anak yang melihat kucingnya dimasukkan ke dalam goni.Memang orang sini semua pada tahu kalau misalnya bapak yang ini suka motongin kucing dan anjing untuk dikonsumsi, biasanya untuk sekalian minum tuak gitu, biasanya," kata Sonia kepada wartawan, Kamis (28/1/2021).  Dibantu saudaranya, Sonia kembali mencari Tayo di sekitar rumahnya mulai dari Tangguk Bongkar 3 hingga Tangguk Bongkar 7. Termasuk mencari rumah orang yang diduga mengambil Tayo. Ia sempat salah alamat sebelum akhirnya menemukan alamat pria yang diduga mengambil Tayo. Saat itu Sonia gagal bertemu dengan pemilik rumah. Namun saat hendak pulang, ia sempat melihat sebuah karung goni dengan cairan merah yang diduga darah.  Saat dibuka Sonia langsung menangis sejadi-jadinya karena di dalam karung ada beberapa kepala kucing yang dipotong termasuk kepala kucing kesayangannya Si Tayo.  "Terus saya tanya, apa ini, Pak. Itu anjing kak, bukan kucing, kata keluarganya. Karena kami penasaran, kami buka aja kan ternyata di situ banyak kepala kucing. Kemarin saya pas buka ada sekitar 4 atau 5 kepala kucing terus saya juga merasa salah satu kucing saya ada di situ," ujarnya. Tak berapa lama, pemilik rumah datang dan Sonia sempat beradu mulut dengannya. Pria tersebut marah dan memaki Sonia dan menganggap kehadirannya membuat bising. Sonia sempat melaporkan kejadian tersebut ke salah satu polsek. Namun ia diminta ke polsek yang lain sesuai dengan lokasi kejadiannya. Ia berharap kasus tersebut bisa diselesaikan secara hukum agar kejadian serupa tidak terulang lagi.  Melalui akun media sosialnya, Sonia mengatakan, dia melapor ke polisi bukan karena ingin ganti rugi. Namun ia berharap, ke depan tidak ada pembunuhan kucing lagi.  “Harapannya, dihentikan lah. Biar tak ada korban kucing dan anjing selanjutnya. Masih banyak makanan yang lebih layak, dibandingkan kucing dan anjing. Saya pun bingung kenapa banyak yang sudah tahu tapi bungkam," kata Sonia. Sementara itu, sepertinyang dilansir komoas.com, Kapolsek Medan Area Kompol Faidir Chaniago mengatakan, pihaknya telah menerima laporan dari pemilik kucing yang hilang tersebut. "Laporan dari masyarakat atas nama Sonia sudah saya terima," kata Faidir, Kamis (28/1/2021).  Dalam laporan Nomor STTLP/71/K/I/2021/SPKT/Sektor Medan Area tanggal 28 Januari 2021, disebutkan bahwa Sonia (28) kehilangan satu ekor kucingnya yang merupakan kucing Persia Big Bone warna hitam putih. Dalam laporan itu disebutkan kergian Sonoa karena kehilangan kucing persia yaitu sebesar Rp 12 juta.  Tempat kejadian perkara di Jalan Tangguk Bongkar VII, Kelurahan Tegal Sari Mandala II, Kecamatan Medan Denai, Sumatera Utara. Faidir mengatakan belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut karena masih akan memproses laporan tersebut. "Kami lakukan pemeriksaan kepada si pelapor nanti hasilnya setelah lengkap baru saya kabari," ujarnya. Penemuan kepala kucing di dalam karung di Jalan Tangguk Bongkar 7, Kelurahan Tegal Sari Mandala, Kecamatan Medan Denai menarik perhatian Animal Defenders Indonesia (ADI). Pada Selasa (2/2/2021) siang, mereka tiba dari Jakarta dan menjadi kuasa hukum bagi pemilik kucing Tayo, Sonia Rizki.   Ketua Animal Defenders Indonesia, Doni Herdaru mengatakan, kedatangannya sebagai kuasa hukum bagi mbak Sonia, pejuang hak hidup hewan (dan sebagai) saksi ahli dan memberikan masukan kepada kepolisian. “Apa saja yang bisa dilakukan forensik mau gimana, kemana dan di mana," katanya.   Dijelaskannya, pihaknya memiliki komitmen yang sama dengan pihak kepolisian untuk menuntaskan kasus tersebut. Menurutnya, kasus kucing bernama Tayo milik Sonia penting untuk diadvokasi karena menjadi titik kulminasi di mana dalam kasus seperti ini, selama ini terganjal dengan pembuktian.   “Kenapa penting diadvokasi, buat saya kejadian Tayo ini adalah titik kulminasi, di mana pembuktian yang selau terganjal dan kita tidak berhasil membawa hingga keputusan ikrah. Selalu terganjal hal-hal yang sifatnya pembuktian. Kali ini pembuktiannya bisa lengkap, saksi lengkap, baru tadi malam saksi kunci ditemukan," katanya.   Menurut Doni, sebelumnya polisi menyatakan kurang saksi. Namun berkat kerja keras kepolisian, akhirnya bisa menemukan saksi kunci. "Itu lah bukti komitmen polisi untuk menyelesaikan kasus ini. ini yang sangtat kami apresiasi.  “Sangat jarang kami temui. Polsek Medan Area memberikan effort penuh, mereka menunggu saksi yang lihat teror kepada sonia untuk segera proses langsung, tidak menunggu lama," katanya.   Dikatakannya, sebenarnya kasus kucing ditangkap lalu dimakan sudah sering terjadi. Pihaknya belum memiliki catatan berapa jumlah anjing yang menjadi korban.  “Bisa dibayangkan kalau minimal sehari, dia kan jualnya 1 kg Rp 70.000. Untuk 1 kg daging kucing yang dihilangkan kepala dan dan isi perutnya, 1 kucing beratntya paling banyak 300 gram. Maka untuk 1 kg butuh 3,5 ekor," katanya.    "Jagal" kucing punya usaha katering. Doni kemudian mengkalkulasi, jika sehari untuk mendapatkan 1 kg dibutuhkan 3,5 ekor kuring, maka dalam sebulan dia bisa menjagal hampir 100 ekor.  Dalam sehatun, lanjutnya, ada 1.200 ekor yang dijagal. "Jika 15 tahun, silakan hitung. Berapa banyak potensi penularan penyakit yang ditimbulkan pada lingkungan," katanya.  Namun, berdasarkan informasi yang dimiliki, di tempat 'jagal' kucing tersebut juga memiliki usaha katering. "Informasi tambahan, rumah terlapor adalah katering. Buat apa dagingnya. Apakah dagingnya dibuat untuk masakannya. Walaupun jadi bola liar di pikiran kita. Kita bisa saja duga hal itu terjadi. Dengan penegakan hukum, maka yang dilindungi adalah masyarakat," katanya.  Menurutnya, sudah semestinya masyarakat mendapatkan asupan daging yang aman dari katering dan dapat diyakini berasal dari sumber pasar yang jelas, bukan dari pasar gelap.  Daging kucing, lanjut dia, sebenarnya tidak lebih populer dibandingkan daging anjing. Dan konsumsi daging anjing lebih banyak lagi terhadap anjing karena umumnya orang lebih permisif.   Namun harus diingat, lanjut dia, kucing dan anjing bukan bahan pangan. Menurutnya, barang siapa mengedarkannya, itu melanggar aturan dan wajib dihukum.  Apalagi hewan curian. Di Jakarta misalnya. Suplai daging anjing berupa anjing hidup dan membahayakan karena didatangkan dari daerah endemik rabies.  "Kenapa kita biarkan anjing itu datang semua. Medan belum bebas dari rabies dan kebiasaan masyarakat di sini masih makan anjing, oke itu kita urus nanti," katanya. "Kalau di Medan, kasus kucing dan anjing (dikonsumsi) jelas tinggi. Untuk kasus daging anjing, Medan buat saya nomor 2, nomor 1 itu Jawa, di Surakarta, Solo Raya. Jakarta itu nomor 3," ujar Doni.***