Dinkes Jabar Punya Program Tekan Penularan virus HIV/AIDS

Ilustrasi IST

Ilustrasi IST

BANDUNG roemahmedia.com - Fenomena kasus HIV/AIDS di wilayah Jawa Barat kini tengah menjadi sorotan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar sudah memiliki program untuk menekan angka penularan virus tersebut makin meluas. Kadinkes Jabar Nina Susana Dewi mengatakan, penanggulangan HIV/AIDS di Jawa Barat sudah dilakukan dengan melakukan skrining dini tes HIV. Tes itu menyasar populasi kunci mulai dari wanita pekerja seks (WPS), LSL, waria hingga penasun atau pengguna napza suntik hingga ibu hamil TB. "Melakukan skrining atau deteksi dini pada calon pengantin, ibu hamil, populasi kunci dan melakukan treatment pemberian obat ARV (anti retro virus) pada orang yang didiagnosa HIV positif adalah beberapa yang telah kami lakukan dalam mencegah HIV," katanya baru-baru ini. Nina mengutip Permenkes RI No 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan AIDS Pasal 14 ayat 1. Di regulasi tersebut, dinyatakan pencegahan HIV/AIDS dapat dilakukan dengan skema A, B, C, D. Di antaranya, abstinen atau puasa tidak melalukan hubungan seksual sebelum menikah dan be faithful atau setia pada satu pasangan seksual (menikah). Jika A dan B tidak bisa dicegah, maka diharuskan ke skema condom yaitu menggunakan kondom dalam melakukan hubungan seks, karena kondom senjata untuk tidak tertular HIV dan infeksi menular seksual (IMS). Selanjutnya drug atau tidak menggunakan obat-obatan dan narkoba, karena menggunakan napza akan terpengaruh untuk melakukan hubungan seks dan penularan dari jarum suntik (penasun: pengguna narkoba suntik). Dan meningkatkan kemampuan pencegahan melalui edukasi termasuk mengobati IMS sedini mungkin (Education). "(Penanggulangan HIV/AIDS juga dilakukan terhadap) warga binaan pemasyarakatan (WBP) di layanan maupun secara mobile, melakukan evaluasi triple eliminasi dengan sasaran ibu hamil yang dites HIV, sifilis dan hepatitis B untuk eliminasi pada bayi baru lahir dari ibu yang positif HIV, sifilis dan hepatitis B, dan melakukan pemantauan desentralisasi obat ARV di 27 kabupaten/kota," tuturnya. "Kita telah mewajibkan ibu hamil trimester pertama yang mengunjungi faskes untuk melakukan pemeriksaan HIV/AIDS. Tes HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling (TIPK) kepada ibu hami untuk melakukan tes sifilis, HIV dan hepatitis B dalam rangka mencapai triple eliminasi di Jawa Barat," tambahnya. Selain itu, penanggulangan lintas sektoral melalui KPA Jawa Barat turut dilakukan dalam penanggulangan HIV/AIDS sesuai dengan Keputusan Gubernur (Kepgub) No 443.2 tentang Komisi Penanggulangan HIV dan AIDS Provinsi Jawa Barat. "Edukasi HIV bagi siswa SMP/ SMA oleh Disdik Jabar salah satunya sebagai upaya promotif dan preventif penanggulangan HIV/AIDS," ucapnya. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jabar Ryan Bayusantika mengatakan, cara yang telah dilakukan Dinkes Jabar dalam pencegahan HIV di antaranya melakukan penyuluhan, sosialisasi, informasi, edukasi kepada masyarakat luas. Termasuk pelajar dan mahasiswa terkait pencegahan HIV AIDS dan IMS dengan melibatkan tokoh agama, tokoh masyarakat melalui media sosial, dan media lainnya. Ryan juga menuturkan, Kemenkes sudah mengalokasikan kondom ke Jawa Barat sebanyak 425.808 buah. Pembagian kondom atau alokasi kondom ke kabupaten/kota merupakan salah satu intervensi perubahan perilaku agar pencegahan HIV tidak meluas dan memutus mata rantai penularan HIV dan IMS yang tadinya tidak menggunakan kondom, jadi menggunakan kondom. "Jadi kondom merupakan alternatif selanjutnya atau terakhir bila skema A dan B tidak dapat dilakukan sebagai pencegahan, kecuali pada kasus tertentu tetap harus pakai kondom," ujarnya. Berdasarkan data Dinkes Jabar, per Januari hingga Juni 2022, dari 341.643 orang yang dites HIV, 3.744 orang di antaranya dinyatakan positif. Adapun kota penyumbang pasien terbanyak yakni Kota Bandung dengan jumlah 410 orang. Merujuk datanya, berikut distribusi Kasus HIV berdasarkan data Januari hingga Juni 2022: 74% atau Sebagian besar adalah Laki-laki 70% berasal dari kelompok umur 20-49 tahun Pada tahun 2021 dan 2022, tercatat adanya bayi yang lahir dengan HIV akibat tertular dari Ibunya Distribusi Kasus AIDS berdasarkan data Januari hingga Juni 2022: 82% atau mayoritas adalah Laki-laki 40% berasal dari kelompok umur 20-29 tahun Sebagian besar atau 16% adalah Wirausaha Sementara, Dinkes Jabar menyatakan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang mulai melakukan antiretroviral (ART) yang merupakan pengobatan infeksi HIV dengan beberapa obat di Jawa Barat sudah mencapai 2.850 orang. s.