Status Jabar bebas malaria sudah dilakukan asesmen oleh Kementerian Kesehatan

Ilustrasi

Ilustrasi

BANDUNG, roemahmedia.com - Kasus malaria di Jabar diketahui terus menurun setiap tahun. Sebelumnya, Gubernur Ridwan Kamil menargetkan Jawa Barat bebas malaria atau berstatus eliminasi malaria pada tahun 2022. "Status Jabar bebas malaria kini sudah dilakukan asesmen oleh Kementerian Kesehatan," ujar Plt Kadinkes Jabar Nina Susana Dewi melalui pesan singkat WhatsApp-nya kepada roemahmedia.com, belum lama ini. ,Dinas Kesehatan Jabar yang mencatat pada 2013 tercatat 663 kasus malaria, 2014 (501) kasus, 2015 (344) kasus, 2016 (327) kasus, 2017 (330) kasus, 2018 (205) kasus. Endemis malaria di Jabar meski masih rendah terdapat di 4 daerah yang terpapar ini secara umum bersentuhan dengan pantai. Untuk itu Gubernur sudah menginstruksikan mengambil sampel darah di daerah endemik dan diteliti bekerja sama dengan Universitas Padjajaran. Berbagai upaya pencapaian eliminasi malaria di Jabar terus dilakukan. Seperti pelibatan ribuan kader PKK, penggerak desa, pasukan KB terutama di empat daerah terpapar. "Kita punya banyak kader PKK, ribuan pasukan penggerak desa, pasukan KB, saya rangkul mereka agar multifungsi jadi tidak hanya tupoksinya saja," ujar Kang Emil saat itu. Kemudian melakukan survei perilaku terhadap pasien-pasien terpapar juga tengah dilakukannya. Di daerah pantai kami menyediakan jenis ikan yang akan kami tabur untuk memastikan jika ada jentik-jentik bisa selesai secara mekanisme ekologis. Intinya kesehatan lingkungan diutamakan, ada program recycle sampah plastik menjadi bahan bakar, penanaman mangrove di daerah laut. Kang Emil mengingatkan kabupaten/kota yang tidak terpapar endemik agar tidak terlena seiring surat edaran yang dikeluarkannya untuk akselerasi eliminasi malaria di 27 kabupaten/kota Jawa Barat. Menurut Emil, endemik malaria disebabkan oleh sebaran lokal dan migrasi. Untuk penanganan endemik yang disebabkan karena migrasi perlu ada strategi khusus. "Migrasi agak susah harus ada strategi khusus, pernah juga ada kasus dari wisatawan luar negeri yang tidak kita duga. Lalu yang pernah terpapar itu kan tidak 100 persen hilang tapi ada sekian persen yang masih bermukim di tubuh," ujarnya.