Skabies, penyakit kulit menular, Penderita di Jabar masih Tinggi

Ilustrasi IST

Ilustrasi IST

BANDUNG, roemahmedia.com - Skabies merupakan penyakit kulit menular yang di akibatkan oleh infestasi tungau . Sarcoptes scabiei var hominis yang membentuk terowongan pada lapisan pejamu. Scabies tergolong penyakit signifikan bagi kesehatan masyarakat karena termasuk parasit obligat pada manusia. Skabies menjadi masalah yang umum di dunia, karena hampir semua golongan usia, ras, dan kelompok sosial ekonomi. (Ariza et al., 2013). Menurut WHO (World Health Organization) terdapat sekitar 300 juta kasus skabies di dunia setiap tahunnya. Insiden skabies di Indonesia masih sangat tinggi, terendah di Sulawesi Selatan dan tertinggi di Jawa Barat. Prevalensi skabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6%-12,95% dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering (Depkes RI, 2008). Di Indonesia pada tahun 2011 didapatkan jumlah penderita skabies sebesar 6.915.135 (2,9%) dari jumlah penduduk 238.452.952 jiwa dan jumlah ini mengalami peningkatan pada tahun 2012 diperkirakan sebesar 3,6% dari jumlah penduduk (Depkes RI, 2012). Penularan terjadi akibat kontak langsung dengan kulit pasien atau tidak langsung dengan benda yang terkontaminasi oleh tungau. Penyebab skabies antara lain disebabkan oleh rendahnya faktor sosial ekonomi, kebersihan yang buruk seperti mandi, pemakaian handuk secara bersamaan dan jarang diganti, frekuensi mengganti pakaian yang jarang dan melakukan hubungan seksual (Frenki, 2011). Personal hygiene atau biasa disebut dengan kebersihan diri adalah upaya untuk memelihara hidup sehat meliputi kehidupan bermasyarakat dan kebersihan beraktifitas. Personal Hygiene bisa disebut juga perawatan diri untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologi. Kebersihan merupakan salah satu perilaku untuk mencegah timbulnya penyakit. Personal Hygiene dipengaruhi beberapa faktor diantaranya nilai sosial individu dan budaya, terutama pengetahuan dan persepsi mengenai kebersihan diri (Desmawati, 2015). Pengetahuan seseorang dapat mendukung terhindar dari suatu penyakit, terutama penyakit menular. Angka kejadian penyakit skabies meningkat pada kelompok masyarakat yang hidup dengan kondisi kebersihan diri dan lingkungan di bawah standar (Rohmawati, 2010). Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang skabies, faktor penyebab, cara penyebaran, hingga pencegahan (Audhah et al, 2012). Pada kelompok masyarakat yang mempunyai pengetahuan yang rendah terhadap perilaku hidup bersih dan sehat mereka mempunyai resiko terkena penyakit skabies 2,34 kali dibandingkan kelompok masyarakat yang mempunyai pengetahuan baik tentang perilaku hidup bersih dan sehat (Rohmawati, 2010). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan dan pengetahuan terhadap penyakit skabies dapat mempengaruhi kejadian skabies. Dengan demikian, peningkatan pengetahuan dan promosi kesehatan terhadap perilaku kesehatan, pengetahuan. Juga dapat memberi pengaruh terhadap penurunan kejadian skabies. Promosi kesehatan merupakan salah satu intervensi untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dan personal hygiene seseorang. Terdapat hubungan signifikan antara personal hygiene dengan kejadian penyakit skabies. Semakin baik personal hygiene pada seseorang maka semakin mengurangi risiko penularan kontak langsung, maupun tidak langsung. Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Banyak manfaat yang dapat diperolah yaitu seperti memperbaiki, merawat kebersihan diri, dan mencegah penyakit. Cara menjaga kesehatan tersebut dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kulit, kebiasaan mencuci tangan dan kuku, frekuensi mengganti pakaian, pemakaian handuk yang tidak bersamaan dengan orang lain, dan frekuensi mengganti sprei tempat tidur.