AYAH Bunda yang dirahmati Allah. Tanpa terasa kita sudah masuk di penghujung tahun. Adapun satu momentum yang cukup familiar di ujung tahun adalah Hari Ibu, 22 Desember 2022.
Merenungi Hari Ibu, pada dasarnya adalah menafakuri nilai-nilai luhur ketangguhan (adversite), keberdayaan diri (capacity), selera kebaikan (tawashoubilhaqq tawashoubishshobr), dan tentunya mentalitas (kematangan persepsi).
Artinya, berbicara Hari Ibu, bukan seterbatas bicara peran seorang perempuan di ranah publik, atau seterbatas pengertian bahwa ibu-ibu bisa membuktikan lebih *powerfull* dibanding laki-laki.
Bukan. Bukan sesederhana itu. Bahkan bukan sesederhana membandingkan perbedaan gender, perbedaan peran, perbedan hak, dan seterusnya.
Dalam filosofi Jawa ada istilah mawas dan wawas. *Mawas* artinya mengoreksi hati, mengenali diri lebih jauh lagi, paham potensi yang harus dilesatkan dan keterbatasan yang harus dikondisikan, hingga akhirnya _self esteem_ seorang Ibu benar-benar positif.
Selanjutnya, masih dalam folosofi Jawa. Ada istilah *mawas*. Wawas artinya keseimbangan kita menjalani hidup. Artinya, kita bisa menyeimbangkan peran. Mana peran ibu, peran istri, peran menantu, peran tetangga, peran profesional lingkungan kerja, peran di organisasi, dan seterusnya. Ini sebuah _challenge_ yang agung. Bagaimana kita "keren di dalam dan keren di luar".
Pun dalam filosofi Sunda. Ada yang disebut *siger tengah*. Artinya, sebuah kematangan persepsi yang tertuang dalam sikap wajar mengambil keputusan. Tidak fanatis A dan juga tidak fanatisme B. Dalam kata lain, tidak menyalahkan peran publik, dan tidak pula menyalahkan peran di lingkungan domestik. Karena PR besarnya adalah *keadilan menjalani*.
Ayah Bunda yang dirahmati Allah. Penting kiranya kita menegaskan perihal seberapa _valueable_ kebaikan yang kita tebar di setiap momentum Hari Ibu. Singkatnya, nilai apa yang kita kampanyekan dalam menyambut 22 Desember?
Relevan kiranya, kita membawa bendera penguatan ekonomi keluarga. Mengapa? Pacapendemi, kondisi kita belum pulih sepenuhnya. Kita butuh saling menguatkan untuk bangkit bersama.
Perihal ekonomi keluarga, tidak perlu kita berpikir terlalu idealis yang pada akhirnya kita sendiri kaku dan terpaku plus tidak mulai bergerak.
Kita perlu meluaskan sudut pandang bahwa ekonomi keluarga dimulai hal-hal mudah bahkan murah yang bisa kita jalani. Sesederhan menanam seledri, sereh dan aneka umbi, itu bagian dari spirit bangkit, di mana kita tak harus senantiasa bergantung.
Pun mengajarkan anak-anak mandiri dan menyadari akan tugas-tugas kecilnya di dalam rumah. Ini sebuah sokongan kebangkitam.
Yuk, bismillah. Bahagia itu soal rasa. Soal mental. Bukan semata-mata soal ada atau mengemukanta fasilitas-fasilitas. Bahkan bahagia itu soal *mau*, bukan semata-mata soal *mampu*.
Mari bersama luaskan sudut pandang. Bahwa betapa banyak yang bisa kita lakukan. Bahwa gagasan pasti dimiliki oleh setiap jiwa.
SELAMAT HARI IBU....
Semua Para Ibu Hebat..
SEMOGA terus istiqomah semangat dalam membersamai perjuangan hari2 terus lebih baik dan berkah...
Dengan kiprah2 positif membangun Negerim
News
*Menyambut Momentum Hari Ibu 2022* Meluaskan Sudut Pandang sebagai Modalitas Kebangkitan
Oleh: Hj. Siti Muntamah, S.AP* (Ketua Rumah Keluarga Indonesia Jawa Barat)
842022-12-22 14:23:362 Mins read0 Comment
Baca Juga
ragam
Sekda Jabar Herman "Ngaprak" di Tengah Bau Sampah menyengat TPA Sarimukti
yoga712024-10-04 19:08:052 Mins read ragam
Bambang Tirtoyuliono Dapat Penghargaan dari Mendagri & Tempo Media Grup
yoga712024-08-31 06:30:082 Mins read ragam
Atalia Nyatakan tidak Akan Maju Pilgub Jabar dan Pilwakot Bandung
yoga712024-08-20 12:46:362 Mins read ragam
Peringatan HUT Kemerdekaan RI ala Dinas SDA Jabar, Bagi-bagi Bendera merah putih
yoga712024-08-13 21:15:382 Mins read ragam
AMPI se-Jabar Dukung Ahmad Hidayat Jadi Cawagub Jabar, Sosok Muda yang ideal dampingi Dedi Mulyadi
yoga712024-08-10 17:03:002 Mins read ragam