Anggota Komisi 1 DPRD Jabar Raden Tedi: "Pemekaran Desa di Jabar sangat mendesak"

Adikarya Parlemen

BANDUNG, roemahmedia.com - Saat ini pemekaran desa di Jabar cenderung mengalami stagnan, padahal jumlah penduduknya terus meningkat. Tentunya kondisi tersebut mempengaruhi kualitas pelayanan publik, karena banyak desa yang wilayah administrasinya terlalu luas secara geografis. "Pemekaran desa di Jabar memang sangat mendesak, namun demikian harus tetap memperhitungkan dampak positif maupun negatifnya secara komprehensif dalam pelaksanaannya," ujar Anggota Komisi 1 DPRD Jabar dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Raden Tedi, baru-baru ini. Menurut Raden Tedi, pemekaran atau penataan Desa dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia memiliki tujuan untuk mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, meningkatkan kualitas pelayanan publik, tata kelola Pemerintahan Desa, daya saing Desa, serta kesejahteraan masyarakat Desa. Pemekaran di tingkat desa diusulkan kepada pemerintah pusat. Pemekaran desa ditujukan agar pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat lebih optimal. Menurut Raden Tedi, saat ini terdapat kurang lebih 50 juta penduduk di Jabar. Puluhan juta warga itu berada di 27 wilayah administrasi atau kabupaten/kota. Jauh berbeda dibandingkan Jawa Timur, yang memiliki 38 kabupaten/kota dengan jumlah penduduk 40 jutaan jiwa. Penduduk Jabar lebih banyak jumlahnya ketimbang Jatim tetapi, wilayah administrasinya sedikit. Seharusnya daerah kabupaten/kota di Jawa Barat berjumlah sekitar 40 kab/kota. Sekarang ini Jabar hanya memiliki 27 (kabupaten/kota), kalau pakai rasio Jawa Timur ya, satu juta penduduk itu untuk satu wilayah kota/kabupaten. Selain itu, menurut Raden Tedi ada suatu desa di Jabar yang memiliki jumlah penduduk sekitar 50 ribu orang. Jumlah penduduk yang sama di suatu daerah kabupaten di Pulau Sulawesi. "Dampaknya pelayanan publik menjadi lambat, menjadi jauh mahal, sehingga pemekaran desa di Jabar mendesak, minimal idealnya dua kali lipat dari jumlah desa di Jateng," jelas Raden Tedi. Raden Tedi mengungkapkan jumlah desa Jateng sekitar 8.000 desa dengan jumlah penduduk 34 juta jiwa. Sedangkan Jabar dengan penduduk 50 juta lebih desanya cuma 5.312. Sehingga Jabar dan Jateng perbedaan atau selisih penerimaan Dana Desa bisa Rp 3 triliun per tahun. "Ini berpengaruh besar terhadap pembangunan di Jabar gara-gara jumlah desanya lebih sedikit," pungkas Raden Tedi.