Raden Tedi: Toleransi Beragama Jadi Faktor Utama Jaga Kondusivitas Jelang Pemilu dan Pilkada Serentak

Adikarya Parlemen

BANDUNG, roemahmedia.com - Hasil penelitian Indonesian Politics Research & Consulting (IPRC) menunjukkan persepsi warga Jawa Barat adalah toleransi, tetapi Pemerintah Provinsi Jabar tetap perlu memberikan perhatian-perhatian terhadap suara-suara kecil intoleransi. Di sisi lain toleransi beragama menjadi faktor utama untuk menjaga kondusivitas di Jabar jelang Pemilu dan Pilkada serentak 2024. Demikian dikemukakan Anggota Komisi 1 DPRD Jabar dari Fraksi PAN Dapil XI Subang Majalengka Sumedang Raden Tedi ST, di Bandung 9/5. Raden Tedi juga mengapresiasi upaya dan langkah-langkah Bakesbangpol Jabar dalam mewujudkan Jabar kondusif jelang. "Namun tetap waspada mengingat sikon tahun politis itu dinamis," jelas Raden Tedi. Sementara itu, Kepala Bakesbangpol Jabar Iip Hidayat mengemukakan warga Jabar secara umum dapat dinilai sebagai masyarakat yang toleran, tidak seperti gambaran beberapa kalangan yg menganggap Jabar wilayah yang intoleransinya tinggi di Indonesia Menurut Iip, hasil penelitian IPRC merupakan upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang valid dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penelitian menunjukkan, masalah toleransi dari sisi sosial, warga Jabar sebagian besar menyatakan sepakat mau hidup berdampingan dengan agama lain. Artinya masih tinggi rasa itu dan pihaknya akan mengembangkan hal dan tentunya harus ada tindak lanjut. "Tindak lanjut bagaimana kita mendidik, membina generasi muda menjaga kerukunan. Bagaimana masyarakat juga berbaur dalam perbedaan dan kami lakukan bersama FKUB salahsatu mitra strategis ini di antaranya," ujar Iip. Di sisi lain Iip yakin orang Jabar dengan kearifan lokal someah hade ka semah menjunjung tinggi toleransi karena mereka enggan berkonflik. Jadi memang survei ini kita ingin memastikan bagaimana pendapat dari masyarakat Jawa Barat. Iip mengakui mulanya dia merasa prihatin dengan survei yang dilakukan SETARA Institute. Padahal pada kenyataannya survei tahun 2019 tidak mewakili provinsi melainkan hanya tiga kabupaten/kota. "Ternyata mereka tidak mewakili provinsi tapi per kabupaten/kota, hanya di medianya munculnya provinsi. Kemudian kita ingin mengetahui juga indikator dan sebagainya," katanya. Oleh karena itu tahun 2023 Kesbangpol Jawa Barat melakukan survei di 27 kabupaten/kota guna memperkuat penelitian sebelumnya yang menyatakan Provinsi Jawa Barat toleran terhadap keberagaman beragama. "Sebelumnya kami melakukan survei di sembilan kabupaten/kota. Hasil ini sering disampaikan Pak Gubernur terkait keberagaman dan kerukunan umat beragama. Nah untuk tahun ini kami juga melakukan hal serupa tapi tidak di sembilan kabupaten/kota tapi di 27 kabupaten/kota jadi mewakili seluruhnya," terangnya. Bagi Iip sangat tidak adil bila harus membandingkan Provinsi Jawa Barat dengan provinsi yang jumlahnya tidak mewakili 20% penduduk Indonesia. "Makanya kita lihat kenapa saya lakukan survei biar bisa dipertanggungjawabkan juga secara akademis. Tidak hanya Kesbangpol yang survei tapi kita serahkan pada yang haknya," ujarnya.