Sekretaris distanhor Jabar Ruslan “Blusukan’ Gali Potensi Pertanian di pelosok Desa

Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar telah menghimpun 1.000 petani milenial yang akan dilaunching dalam waktu dekat

M. Ruslan U Esfa, Sekretaris Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distanhor) Provinsi Jabar.

M. Ruslan U Esfa, Sekretaris Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distanhor) Provinsi Jabar.

BANDUNG, roemahmedia.com - Jabatan menjadi  Sekretaris dinas tak hanya berpangku tangan melulu mengurus rumah tangga kantor Dinas. Namun, bagi sosok yang satu ini, terjun ke lapangan blusukan menyusuri pelosok-pelosok desa terpencil menjadi rutinitas kegiatannya di akhir pekan atau saat libur kerja. Dari  blusukannya inilah, banyak tergali potensi pertanian di desa-desa terpencil di Jabar yang masih harus dikembangkan. Tak hanya itu, blusukan dari desa ke desa ini menjadi ajang silaturahmi dengan para petani , sehingga mengenal betul potensi, karakteristik hingga masalah para petani tersebut. Adalah M. Ruslan U Esfa, Sekretaris Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distanhor) Provinsi Jabar.  Tak mengherankan, bagi Bang Ruslan (panggilan akrabnya) tak lantas menjadi beban berat  saat mengemban tugas dari atasan pimpinannya Kepala Dinas TPH Jabar Dadan Hidayat.  Kali ini, Ruslan beserta Tim Distanhor Jabar mengemban salahsatu program prioritas, yakni program 1.000 petani milenial. Foto: Pertemuan dengan petani milenial di Cikadu Cianjur Selatan. Program 1.000 petani milenial Jabar  ini merupakan gagasan Gubernur Jabar Ridwan Kamil. Program tersebut diproyeksikan untuk menumbuhkan minat generasi muda  agar terjun mau bergelut di sektor pertanian di Jabar. Saat dikonfirmasi oleh roemahmedia.com sejauhmana pelaksanaan program tersebut, Ruslan mengemukakan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar telah menghimpun 1.000 petani milenial yang akan dilaunching dalam waktu dekat.  Mereka berasal dari 27 kab/kota,  sudah aktif dan menerapkan teknologi digital dalam pemasarannya. “Tak hanya 1.000 petani milenial, Pemprov Jabar memiliki duta petani milenial,” ujar Ruslan di Bandung, 23/12. Dari data 1000 petani tersebut didominasi usia 20 hingga 39 tahun. Komoditas pertanian yang digeluti semnatara ini, antara lain padi organik, kedelai, mangga,  manggis dan sayuran hidroponik.  Foto: Sekdis Distanhor Jabar M Ruslan saat mengunjungi desa di Cianjur Selatan harus menerobos jalan berlumpur. Pihaknya pun terus mengidentifikasi variatif komoditas. Jangan sampai para petani  itu juga latah  ikut-ikutan budidaya hanya satu komoditas yang sedang ngetrend.  “Kami tidak menentukan komoditas dalam program petani milenial. Tetapi mendorong dan mengoptimalkan komoditas yang petani milenial geluti,” jelasnya. Di luar data tersebut Bang Ruslan  menyakini banyak petani milenial yang belum tersentuh.  “Minimal kita bisa mendorong beberapa petani generasi muda untuk mencintai desa, rezeki kota, bisnis mendunia seperti yang dikatakan pak gubernur,“ ujarnya. Di luar itu, menurut Ruslan, tidak menutup kemungkinan masih banyak anak anak muda yang tertarik dengan program tersebut. Bagi yang masih tertarik masih terbuka dan bisa menghubungi penyuluh pertanian maupun dinas terkait di tingkat kabupaten atau kota. Dengan catatan mereka memiliki keinginan dan jelas arahnya. Mereka yang sudah termasuk 1000 petani milenial tersebut sudah memliki komoditas unggulan dan pangsa pasar sendiri dan kerjasama dengan offtaker sehingga mereka yang menyiapkan komoditasnya. Pemprov Jabar pun mengidentifikasi kondisi 1.000 petani milenial tersebut mulai dari teknologi yang digunakan, sistem penjualan, permodalan, komoditas, dan juga ketersediaan lahan yang mereka miliki. Identifikasi lahan misalnya, lahan menjadi salah satu item dalam program petani milenial dimana Pemprov Jabar akan menyediakan lahan garapan untuk dioptimalkan.  Berkaitan dengan penyediaan lahan yang disediakan Pemerintah provinsi maupun pusat, masih dalam proses pemetaan sebaran petani milenial dengan ketersediaan lahan milik provinsi dan pusat. Keuntungan program ini bagi yang membutuhkan tambahan permodalan akan  difasilitas melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) , maksimall Rp 50 juta.  “Juga akan didekatkan dengan perbankan maupun dana CSR, teknologi yang dibutuhkan difasilitasi melalui kementerian dengan catatan harus ada rekomendasi dari pemrintah kabupaten,” pungkasnya.*** Foto: Berkunjung ke rumah petani di Cianjur Selatan.