Tahun 2021, ASN Pemprov Jabar Berharap Tak Muncul Lagi “Matahari Kembar”

Foto: Ilustrasi

Foto: Ilustrasi

BANDUNG, roemahmedia.com- Memasuki Tahun 2021, sebagian kalangan ASN dilingkup Pemprov Jabar berharap tidak lagi terulang adanya ketidakharmonisan antar pimpinan tertinggi, baik antar Gubernur, Wakil Gubernur ataupun Sekda Jabar. Istilah yang sudah kental di ASN Jabar adalah munculnya “matahari kembar”. Hal ini cukup mengejutkan dan diungkapkan sebagian besar kalangan ASN baik para pejabat maupun staf mengungkapkan harapan itu kepada roemahmedia.com saat menanyakan harapan para ASN tersebut kepada Gubernur Jabar Ridwan Kamil dan Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum. Munculnya istilah “matahari kembar” ini bukan menjadi rahasia lagi dan terjadi pada masa pemerintahan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf dan terjadi pula pada masa pemerintahan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar. Bedanya, pada masa pemerintahan Aher-Dede Yusuf terjadi ketidakharmonisan hubungan keduanya. Sedangkan pada masa pemerintahan Aher-Deddy Mizwar terjadi antara Gubernur Jabar Aher dengan Sekda Jabar saat itu Iwa Karniwa. Apalagi jika sudah memasuki tiga atau dua tahun terakhir menjelang berakhirnya masa jabatan Gubernur dan Wagub Jabar. Seperti halnya pada masa pemerintahan Aher-Dede Yusuf, ketika menjelang Pilkada, baik Kang Aher maupun Dede Yusuf bersiap maju bersaing memperebutkan kursi tertinggi di Pemerintahan Provinsi Jabar. Hal itu pun benar-benar terjadi pada Pilgub Jabar. Kang Aher maupun Dese Yusuf masing-masing maju mencalonkan diri menjadi Gubernur Jabar. Saat itu Aher berpasangan dengan Deddy Mizwar yang keluar sebagai pemenang, sedangkan Dede Yusuf berpasangan dengan Sekda Jabar Leks Laksmana harus menerima kekalahan. Ketidakharmonisan ini menjadi masalah tersendiri terutama bagi pejabat eselon 2, 3 dan bahkan pejabat eselon 4. Mereka menjadi serba salah, terutama pejabat eselon 2 jika ada undangan menghadiri kegiatan Wagub Jabar Dede Yusuf tidak “berani” hadir karena ada ketakutan jadi “catatan” Gubernur Aher. Dari catatan roemahmedia.com, para pejabat eselon 2 tersebut memghindari dengan mewakilkannya kepada pejabat eselon 3 untuk menghadiri acara Wagub Dede Yusuf. Bagi sebagian pejabat eselon 3 saat itu menjadi buah simalakama, karena beresiko “tercatat” pro pada Wagub Dede Yusuf. Lebih parah lagi, pada saat setahun menjelah Pemilihan Gubernur-Wagub Jabar. Mulai kentara para pejabat eselon 2, 3 dan 4 terbelah menjadi dua kubu, yakni kubu pro Aher dan kubu pro Dede Yusuf. Alhasil, saat pasangan Aher-Deddy Mizwar memenangkan Pilgub Jabar, maka tak ayal para pejabat tersebut yang tercatat kubu pro Dede Yusuf harus terlempar dari jabatan strategis, istilahnya banyak yang “dibuang” ke posisi jabatan yang “kering”. Sebaliknya, para pejabat yang pro Aher menikmati hasilnya dengan menduduki posisi jabatan di OPD yang “basah” dan strategis. Hal serupa terjadi pula pada masa pemerintahan Aher-Deddy Mizwar. Bedanya, hubungan tidak harmonis bukan terjadi antara Aher dan Deddy Mizwar, tetapi Aher dengan Sekda Jabar Iwa Karniwa. Dimulai sejak terpilihnya Iwa menjadi Sekda Jabar setelah dua tahun masa Pemerintahan Aher-Deddy Mizwar. Entah apa awal masalahnya, tiba-tiba sangat kentara Aher tidak lagi harmonis dengan Iwa Karniwa. Bahkan, dari catatan roemahmedia.com, sejak itu Aher membatasi “porsi” tugas dan kewenangan Sekda Jabar Iwa Karniwa. Alhasil, para pejabat ASN yang “tercatat” dipandang dekat Iwa Karniwa diparkir di posisi jabatan yang tidak strategis dengan istilah jabatan “kering”. Hingga masa jabatan Aher berakhir pun, “porsi” Iwa tetap dibatasi. Apalagi setahun menjelang Pilgub, Iwa digadang-gadang maju mencalonkan diri jadi Gubernur Jabar. Namun, Iwa ternyata tidak masuk menjadi kandidat Gubernur Jabar. Saat itu, meskpun tidak sekentara pada saat Dede Yusuf maju jadi calon Gubernur, tetapi terjadi juga “kubu-kubuan” saat Deddy Mizwar batal berpasangan dengan Ahmad Syaikhu dari PKS. Namun karena kedua calon tersebut kalah oleh pasangan Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum, maka tidak berlanjut adanya “pembuangan”pejabat. Hal ini tak terlepas dari Rudwan Kamil yang melontarkan pernyataan saat terpeilih jadi Gubernur yang mengajak “lawan menjadi kawan”. Akan tetapi tetap saja bagi pejabat yang dipandang “dekat” dengan Aher dan berpolitik praktis untuk mendukung pasangan Sudrajat-Syaikhu, sempat di awal pemerintahan Emil-Uu “diparkir”. Di sisi lain, sebagian besar pejabat eselon 2 “selamat” dan tetap mendapat “porsi” menduduki jabatan strategis. Meskipun Kang Emil dalam dua tahun masa pemerintahannya melakukan “bedol desa” dengan memilih para pejabat eselon 2 dari luar Jabar terutama dari Pemkot Bandung yang lolos open biding. Tahun 2021 ini diprediksi konstelasi politik pemerintahan Emil-Uu akan memanas. Bedanya, “matahari kembar” diprediksi kecil kemungkinan akan terjadi. Mengingat, Kang Emil lebih “hangat” digadang-gadang menjadi salahsatu kandidat Presiden RI pada Plipres 2024 nanti. Elektabilitas Emil terus bertengger di papan atas bersama kandidat calon kuat presiden lainnya. Seperti halnya hasil beberapa lembaga survey di Indonesia, Kang Emil terus meningkat elektabilitas menjadi kandidat presiden, bersama Prabowo, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo. Sementara Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum, meski belum mengeluarkan pernyataan resminya, jika Kang Emil jadi maju pada Pilpres mendatang, diprediksi kuat akan maju mencalonkan diri sebagai Gubernur Jabar pada Pilgub Jabar mendatang. Sedangkan Sekda Jabar Setiawan Wangsaatmaja, dari penelusuran roemahmedia.com, tak ada riak-riak untuk maju di Pilgub Jabar mendatang. Tampaknya, Setiawan sedang fokus menangani Pandemi global Covid-19 yang juga menerpa Jabar. Melihat kondisi ini, boleh dibilang masih terbilang sangat kecil akan terjadi ketidakharmonisan para pimpinan atas Pemprov Jabar tersebut seperti yang terjadi pada masa pemerintah lalu. Semoga!*** (Yoga Udayana)