Inilah Tanggapan Wakil Ketua Komisi II DPRD Jabar soal Program Petani Milineal

Adikarya Parlemen

Wakil Ketua Komisi II DPRD Jabar, Heri Ukasah Sulaeman.

Wakil Ketua Komisi II DPRD Jabar, Heri Ukasah Sulaeman.

BANDUNG, roemahmedia.com - Program petani milineal dari sisi program dinilai sebuah program maju karena program itu merupakan program inovasi yang berupaya memperkuat program pertanian yang disinergikan dengan program perluasan lapangan kerja. Namun, agar program itu berhasil perlu ada evaluasi yang komprehensif, papar Wakil Ketua Komisi II DPRD Jabar, Heri Ukasah Sulaeman, dalam keterangannya kepada media baru-baru ini. Menurut Heri hingga saat ini, sektor pertanian harus terus untuk dipacu. Kondisi faktual, dalam suasana Pandemi Covid 19, usaha sektor pertanian secara nasional tidak terganggu, dengan pertumbuhannya mencapai 9,7 persen. Jadi sangatlah wajar jika ada upaya untuk memajukan sektor pertanian dengan program inovasi baru seperti program petani milineal. Untuk Jabar sendiri, dukungan untuk mengembangkan program pertanian juga didukung oleh kondisi geografis dan demografis, dimana sebaran penduduk Jabar sebesar 70 persen ada di pedesaan. Sementara itu, dari jumlah desa di Jabar yang saat ini mencapai 5.312 desa, mempunyai beragam potensi pertambangan, tidak hanya komoditas tanaman pangan, namun beberapa desa di Jabar ada yang mempunyai potensi lain seperti perikanan, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Dengan kondisi tersebut, sambung Heri untuk mengimplementasikan program milineal, pemerintah dari sisi fokus usaha untuk tahap awal harus bisa memilih sektor mana yang bisa dikembangkan yang tentunya disesuaikan dengan ketersediaan sarana dan prasarana seperti lahan yang bisa digunakan. Untuk produk yang nanti dihasilkan oleh para petani milineal, juga perlu disiapkan dukungan pemasaran. Sisi pemasaran ini penting untuk dipikirkan karena ini merupakan hal yang menunjang untuk kesinambungan usaha dari para petani milineal terutama bagi mereka yang mendapatkan fasilitasi dukungan permodalan dari sumber kredit pinjaman dari pemerintah. “Jika produk usaha yanh dihasilkan ada market yang jelas, maka petani milineal akan mempunyai kemampuan untuk mengembalikan fasilitasi permodalan tersebut," ujar Heri. Tantangan lain yang dihadapi sektor pertanian adalah minat Generasi muda untuk menekuni pertanian masih terbatas. Pasalnya, saat ini usaha pertanian lebih banyak didominasi kalangan generasi tua dan mereka tinggal di desa. Oleh karena itu, sangatlah tepat sebelum dilaksanakannya program petani milineal, diperlukan adanya proses pelatihan atau magang. Harapannya, magang itu bisa memberikan manfaat yaitu meningkatkan minat generasi muda untuk berkiprah di sektor pertanian. “Jika hal ini dapat terealisasi melalui proses evaluasi yang komprehensif, program petani Milineal menjadi program strategis dan tidak hanya menjadi program pencitraan saja,” ujar Heri mengakhiri penjelasannya.***