Posyantek Ds. Gudang dan “Kopi Luwak Tanpa Luwak” Ds. Karya Lestari Wakili Jabar Lomba Inovasi TTG Tk Nasional

BANDUNG, roemahmedia.com - Inovasi Posyantek Desa Gudang Kecamatan Tanjungsari Kab. Sumedang dan “Kopi Luwak Tanpa Luwak” Desa Karya Lestari Kec. Kadugede Kab. Kuningan menjadi wakil Jawa Barat pada ajang Inovasi Teknologi Tepat Guna (TTG) Tingkat Nasional ke-22 Tahun 2021. Kementerian Desa, PDTT Republik Indonesia kembali menggelar perhelatan tahunan bagi para inovator teknologi dan posyantek, yakni Gelar Teknologi Tepat Guna Ke-XXII Tk. Nasional. Untuk tahun ini, Jabar menempatkan wakilnya pada kategori posyantek Desa berprestasi diwakili oleh Posyantek Desa Gudang Kec. Tanjungsari Kab. Sumedang. Sementara pada kategori TTG Unggulan diwakili oleh Fermentor Kopi Luwak Tanpa Luwak asal Kab. Kuningan. Namun perhelatan kali ini digelar secara berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya,  mengingat masih dalam situasi pandemi Covid-19, yaitu menggunakan metode daring & luring. Selain itu pula, ada satu kategori baru yang diperlombakan yakni Lomba SDG's Desa dimana pemenangnya akan dipilih & ditetapkan berdasarkan hasil evaluasi data laporan dari daerah. Pembukaan Gelar TTG Ke-XXII Tk. Nasional akan dibuka pada Senin (20/09/2021), dirangkaikan dengan Lokakarya & Rakornis secara daring/luring. Inovasi kedua desa yang menjadi wakil Jabar di lomba tersebut tergolong sangat inovatif. Posyantek Desa Gudang membuat inovasi alat pengolah sampah organik menjadi biogas (biodigester) komunal dan biodigester portabel. Portabel itu untuk satu kubik skala rumah tangga sedangkan yang komunal bisa diterapkan per RW atau di tempat-tempat pengolahan sampah pada Dinas LH karena kapasitasnya yang lebih besar. Posyantek Desa Gudang ini bisa memberikan kontribusi bagi Sumedang dan Jawa Barat. Kepala Dinas PMD Provinsi Jawa Barat Bambang Tirtoyuliono menyatakan, pengusulan Desa Gudang dsn Desa Karya Kestari dilombakan di tingkat nasional karena bukan saja ruang komunikasi para inovator tetapi menghasilkan inovasi yang sudah diimplementasikan. “Tiga inovasi besar yang dibuat Posyantek Desa Gudang yakni PJU tenaga surya, Biodigester Sampah dan Alat Pakan Ikan. Ketiganya sangat dibutuhkan dengan sumber tenaga alternatif,” katanya. Meskipun di pasaran teknologi dan produk tersebut sudah banyak, tetapi inovasi yang murni digagas oleh inovator dari desa belum ada. “Desa Gudang mampu menciptakan teknologi solar cell yang mudah diakses oleh masyarakat dan mempunyai nilai jual sehingga bisa bersaing dengan produsen-produsen di pasaran,” ungkapnya Begitu juga dengan teknologi penanganan sampah yang menjadi problem dimana-mana berhasil dikelola dengan baik oleh Posyantek Gudang, bahkan menjadi nilai ekonomis. “Teknologi inovasi Biodigester yang dimunculkan oleh Desa Gudang ini sangat luar biasa. Bagaimana mengelola sampah bisa memiliki nilai ekonomi dan nilai lingkungan,” ucapnya. Begitu juga halnya untuk Desa Karya Lestari yang membuat inovasi Kopi Luwak Tanpa Luwak. ‘Kopi Luwak’ adalah salah satu jenis kopi yang sangat digemari masyarakat dengan aroma dan citarasa khas. Sebagaimana lazimnya, kopi luwak berasal dari buah kopi yang dimakan oleh luwak (paradoxurus hermaphroditus), sejenis mamalia kecil yang menyerupai musang, dan merupakan hewan liar.  Luwak melakukan seleksi terhadap kopi yang akan dimakan, yaitu hanya buah kopi yang benar-benar telah matang. Kopi luwak, salah satu produk kopi Indonesia yang amat diminati konsumen dalam dan luar negeri. Dengan kian tingginya permintaan kopi luwak, produsen tidak bisa hanya mengandalkan produksi dari alam atau luwak saja. Mereka mulai mengembangkan usaha budidaya luwak guna memproduksi kopi luwak. Menurut Bambang, dari hasil pemaparan dari inovator Desa Karya Lestari, inovasi TTG Pengolahan Kopi Luwak Tanpa Luwak (LTL) adalah teknologi proses fermentasi oleh enzimatis selulotik luwak yang diproduksi di luar saluran pencernaan hewan luwak  melalui proses enzimatis dalam fermentor terkontrol. Melalui proses tersebut, produk ini dapat memiliki keunggulan lebih dibandingkan dengan cara konvensional. Antara lain, baik terhadap aspek lingkungan, yaitu proses produksinya lebih ramah lingkungan karena tidak perlu memelihara luwak. “Maka, kelestarian hewan luwak pun dapat terjaga, sebab tidak memerlukan penangkaran luwak,” ujarnya. Selain itu, Kopi Luwak Tanpa Luwak dinilai bagus untuk aspek kesehatan lebih higenis, yang mana kandungan kafeinnya lebih rendah, citarasa lebih lembut dan kaya antioksidan dengan kadar asam askorbat hingga 69 persen. Juga akan aspek ekonomi, di mana petani atau produsennya bisa membuat program produksi kopi sesuai kebutuhan, serta biaya produksinya lebih murah dibanding pemeliharaan luwak. Tak hanya itu, Kopi Luwak Tanpa Luwak inovasi juga telah teruji kualitas produknya. Hal ini dibuktikannya dengan sertifikat cita rasa dan kualitas fisik dan kimia kopi dari PUSKOKA, suatu lembaga nasional khusus kopi di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Kepala Dinas PMD Provinsi Jawa Barat Bambang Tirtoyuliono menyatakan, pihaknya  optimistis dalam mengusulkan Desa Gudang dan Desa Karya Lestari dilombakan di tingkat nasional. Semoga! ***