Yuk kita cegah sejak dini jangan sampai kena STROKE

Ilustrasi IST

Ilustrasi IST

BANDUNG, roemahmedia.com - Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke otak mengalami gangguan atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Tanpa pasokan darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati. Kondisi ini menyebabkan bagian tubuh yang dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik. Stroke merupakan kondisi gawat darurat yang perlu ditangani secepatnya, karena sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Tindakan penanganan yang cepat dan tepat dapat meminimalkan tingkat kerusakan otak dan mencegah kemungkinan munculnya komplikasi. Penyebab Penyakit Stroke Berdasarkan penyebabnya, stroke terbagi menjadi dua jenis, yaitu: Stroke iskemik Terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak mengalami penyempitan, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak sangat berkurang. Kondisi ini disebut juga dengan iskemia. Stroke iskemik dapat dibagi lagi ke dalam 2 jenis, stroke trombotik dan stroke embolik. Stroke hemoragik Terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah sehingga menyebabkan perdarahan. Pendarahan di otak dapat dipicu oleh beberapa kondisi yang memengaruhi pembuluh darah. Misalnya hipertensi yang tidak terkendali, dinding pembuluh darah yang lemah, dan sedang menjalani pengobatan dengan pengencer darah. Stroke hemoragik terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu perdarahan intraserebral dan subarachnoid. Faktor Risiko Penyakit Stroke Ada tiga faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami stroke, yaitu faktor kesehatan, gaya hidup, dan faktor lainnya. Selain stroke, berbagai faktor tersebut juga berisiko meningkatkan risiko serangan jantung. Adapun yang termasuk dalam faktor risiko kesehatan, di antaranya: Hipertensi. Diabetes. Kolesterol tinggi. Obesitas. Penyakit jantung, seperti gagal jantung, penyakit jantung bawaan, infeksi jantung, atau aritmia. Sleep apnea. Pernah mengalami transient ischemic attack TIA atau serangan jantung sebelumnya. Sedangkan yang termasuk dalam faktor risiko gaya hidup, yaitu: Merokok. Kurang olahraga atau aktivitas fisik. Konsumsi obat-obatan terlarang. Kecanduan alkohol. Sementara itu, beberapa kondisi yang termasuk dalam faktor risiko lainnya adalah: Faktor keturunan. Seseorang dengan anggota keluarga yang pernah mengalami stroke memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit yang sama. Faktor usia. Semakin bertambah usia, risiko seseorang mengidap stroke juga lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Gejala Penyakit Stroke Setiap bagian otak bertugas mengendalikan bagian tubuh yang berbeda, sehingga gejala stroke bergantung pada bagian otak yang terserang dan tingkat kerusakannya. Itulah sebabnya, gejala stroke bisa bervariasi pada tiap pengidap. Namun, biasanya stroke terjadi secara mendadak. Setidaknya, ada tiga gejala utama stroke yang mudah untuk dikenali, yaitu: Salah satu sisi wajah akan terlihat lebih turun dan pengidap tidak mampu tersenyum karena mulut atau mata tampak terkulai. Pengidap tidak mampu mengangkat salah satu lengan karena terasa lemas atau mati rasa. Tidak hanya lengan, tungkai yang berada pada sisi yang sama dengan lengan juga mengalami kelemahan. Ucapan menjadi tidak jelas, kacau, atau bahkan tidak mampu berbicara sama sekali meski pengidap terlihat sadar. Sementara itu, gejala dan tanda stroke lainnya adalah: Mual dan muntah. Sakit kepala hebat yang datang secara tiba-tiba, disertai kaku pada leher dan pusing seperti berputar (vertigo). Mengalami penurunan kesadaran. Sulit menelan (disfagia) sehingga mengakibatkan tersedak. Mengalami gangguan pada keseimbangan dan koordinasi. Mengalami hilang penglihatan secara tiba-tiba atau penglihatan ganda. Diagnosis Penyakit Stroke Agar dapat menentukan jenis penanganan yang tepat bagi pengidap stroke, dokter akan mengevaluasi terlebih dahulu jenis stroke dan area otak yang mengalami stroke. Sebagai langkah awal diagnosis, dokter akan bertanya kepada pengidap atau anggota keluarganya tentang beberapa hal, meliputi: Gejala yang dialami, awal munculnya gejala, dan apa yang sedang pengidap lakukan ketika gejala muncul. Jenis obat-obatan yang sedang dikonsumsi. Apakah pengidap pernah mengalami cedera di bagian kepala. Memeriksa riwayat kesehatan pengidap dan keluarga terkait penyakit jantung, stroke ringan (TIA), dan stroke. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pengidap secara keseluruhan. Biasanya, pemeriksaan diawali dengan mengecek tekanan darah, detak jantung, dan bunyi bising abnormal di pembuluh darah leher dengan menggunakan stetoskop. Kemudian, dokter juga akan merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan penunjang seperti: Pemeriksaan darah Tes ini dilakukan untuk mengecek ada atau tidaknya infeksi, kadar gula darah, risiko pembekuan darah, dan mengetahui keseimbangan elektrolit dalam darah. CT scan Untuk mengetahui kondisi otak lebih detail. Selain itu, CT scan juga membantu dokter mengetahui ada atau tidaknya tumor atau perdarahan pada otak. MRI Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui gambaran otak pengidap secara lebih mendetail. Tes ini juga bisa membantu dokter menemukan jaringan pada otak yang mengalami kerusakan karena perdarahan atau stroke iskemik. Elektrokardiografi Pemeriksaan yang dilakukan guna mengetahui aktivitas listrik pada organ jantung. Tes ini dapat membantu dokter menemukan kelainan detak jantung, adanya indikasi penyakit jantung koroner yang bisa terjadi bersama penyakit stroke. Ekokardiografi Pemeriksaan dilakukan guna mendeteksi sumber gumpalan pada jantung sekaligus mengecek fungsi dari pompa jantung. Sebab, gumpalan dapat bergeser dari pembuluh darah jantung ke bagian otak yang memicu terjadinya stroke. USG doppler karotis Pemeriksaan dilakukan dengan memanfaatkan gelombang suara untuk menghasilkan gambar aliran darah, di dalam pembuluh arteri karotis di leher secara lebih mendetail. Tujuannya yaitu mendeteksi adanya plak atau penumpukan lemak dan keadaan di dalam aliran darah tersebut. Pengobatan Stroke Pengobatan khusus yang diberikan pada pengidap stroke bergantung pada jenis stroke yang dialaminya, apakah mengarah pada stroke iskemik atau stroke hemoragik. Pengobatan stroke iskemik Penanganan awal akan berfokus untuk menjaga jalan napas, mengontrol tekanan darah, dan mengembalikan aliran darah. Pengobatan stroke hemoragik Sementara pada kasus stroke hemoragik, pengobatan awal bertujuan untuk mengurangi tekanan pada otak dan mengontrol perdarahan. Ada beberapa bentuk pengobatan yang dilakukan, antara lain konsumsi obat-obatan dan operasi. Pengobatan TIA Pengobatan TIA bertujuan untuk menurunkan faktor risiko yang dapat memicu timbulnya stroke, sehingga penyakit jantung dapat dicegah. Dalam beberapa kasus, prosedur operasi endarterektomi karotis diperlukan jika terdapat penumpukan lemak pada arteri karotis. Komplikasi Stroke Stroke dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, sebagian besar berakibat fatal. Beberapa jenis komplikasi yang mungkin muncul, antara lain: Deep vein thrombosis. Sebagian pengidap stroke akan mengalami penggumpalan darah di tungkai yang berujung pada kelumpuhan. Kondisi yang dikenal dengan deep vein thrombosis ini terjadi akibat terhentinya gerakan otot tungkai, sehingga aliran pada pembuluh darah vena tungkai mengalami gangguan. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya penggumpalan darah. Deep vein thrombosis dapat ditangani dengan obat antikoagulan. Hidrosefalus Sebagian pengidap stroke hemoragik dapat mengalami hidrosefalus, yaitu menumpuknya cairan di dalam rongga jauh pada otak (ventrikel). Dokter bedah saraf akan memasang sebuah selang ke dalam otak untuk membuang cairan yang menumpuk tersebut. Masalah menelan (disfagia) Kerusakan yang disebabkan oleh stroke dapat mengganggu refleks menelan atau disfagia. Akibatnya, makanan dan minuman berisiko masuk ke dalam saluran pernapasan. Tanpa penanganan, disfagia dapat menyebabkan pneumonia aspirasi. Pencegahan Stroke Cara utama mencegah stroke adalah menerapkan gaya hidup sehat. Selain itu, kenali dan hindari faktor risiko yang ada serta ikuti anjuran dokter. Berbagai tindakan pencegahan stroke, antara lain: Menjaga pola makan Terlalu banyak mengonsumsi makanan asin dan berlemak dapat meningkatkan jumlah kolesterol dalam darah dan risiko hipertensi yang memicu terjadinya stroke. Hindari konsumsi garam yang berlebihan. Selanjutnya, makanan yang disarankan adalah makanan yang kaya akan lemak tidak jenuh, protein, vitamin, dan serat. Seluruh nutrisi tersebut bisa diperoleh dari sayur, buah, biji-bijian utuh, dan daging rendah lemak seperti dada ayam tanpa kulit. Rutin berolahraga Olahraga secara teratur dapat membuat jantung dan sistem peredaran darah bekerja lebih efisien. Olahraga juga dapat menurunkan kadar kolesterol dan menjaga berat badan serta tekanan darah pada tingkat yang sehat. Berhenti merokok Perokok berisiko dua kali lipat lebih tinggi terkena stroke. Sebab rokok dapat mempersempit pembuluh darah dan membuat darah mudah menggumpal. Tidak merokok berarti turut mengurangi risiko berbagai masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit paru-paru dan jantung. Hindari konsumsi minuman beralkohol Minuman keras mengandung kalori tinggi. Jika dikonsumsi secara berlebihan, seseorang rentan terhadap berbagai penyakit pemicu stroke, seperti diabetes dan hipertensi. Konsumsi minuman beralkohol berlebihan juga dapat membuat detak jantung menjadi tidak teratur. Hindari penggunaan NAPZA Beberapa jenis Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif (NAPZA) dapat menyebabkan penyempitan arteri dan mengurangi aliran darah.