Porang Potensial Dikembangkan di Jabar

Sekda Jabar Setiawan Wangsaatmaja: “Porang memiliki nilai jual tinggi”

Umbi porang.

Umbi porang.

BANDUNG, roemahmedia.com - Porang, tanaman umbi-umbian tengah populer dibicarakan masyarakat. Lantaran kisah sukses petaninya yang berhasil menjadi miliader karena bisnis ekspor porang. Di Jawa Barat, porang sedang dikembangkan oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Jabar. Seperti dikemukakan Sekda Jabar, Setiawan Wangsaatmaja memberi keyakinan, porang merupakan tanaman umbi-umbian kini menjadi komoditas ekspor. Porang juga memiliki nilai jual tinggi. Foto: Sekda Jabar Setiawan Wangsaatmaja Keadaan itu, katanya, jadi peluang Jabar untuk mengembangkannya. Apalagi, masih banyak lahan subur di Jabar yang bisa dimanfaatkan untuk menanam porang. Melihat kenyataan saat ini, budi daya porang masih bersifat individu. Bukan usaha besar-besaran. “Untuk itulah kita harus bergerak lebih cepat,” ujarnya. Ia menyebutkan, porang dikenal nama iles-iles, tanaman umbi-umbian dari spesies amorphophalus muelleri yang dapat digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik dan penjernih air.  "Kalau melihat khasiatnya, sangat banyak. Mungkin lebih dari itu. Kesempatan emas ini hendaknya dimanfaatkan dengan baik sehingga budi daya porang bisa menyerap tenaga kerja, " harapnya pula. Ia menyatakannya saat membuka Rapat Koordinasi Peluang Usaha Ekspor dan Subtitusi Impor Produk Tanaman Pangan, Khususnya Porang, di Aston Hotel Bandung belum lama ini. Kondisi itu, kata Sekda Jabar, menjadi peluang Jawa Barat untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi pasca wabah Covid 19. Ini, salah satu sektor adalah sektor pertanian dan situasi ini harus cepat kita tangkap. "Pandemi Covid 19 menjadi momentum Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat untuk membangkitkan sektor pertanian lokal," tegas Sekda Jabar. Sekda Setiawan mengemukakan, Pemda Provinsi Jabar melalui Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, intens mendorong semua pihak untuk memajukan sektor pertanian di Provinsi ini. "Melakukan bisnis pertanian saat ini sangat tepat," ujarnya. Sekda Setiawan memberi gambaran, adasejumlah faktor yang membuat pertanian mampu bertahan di tengan pandemi ini. Di antaranya, aktivitas pertanian masih dapat berjalan dengan baik meski protokol kesehatan diterapkan secara ketat. Selain itu, masih tingginya kebutuhan masyarakat terhadap pangan. Walau begitu, katanya pula, ada tantangan yang harus dihadapi untuk menyeimbangkan suplai dan permintaan. "Jika permintaan tinggi, suplai pun harus terjamin. Lalu logistiknya seperti apa, juga harus kita pikirkan", tegasnya Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar, Dadan Hidayat siap mendorong budi daya porang di provinsi ini guna meningkatkan kesejahteraan petani. Di tahun 2020 Jabar telah menanam porang di lahan seluas 188 hektar di Kab. Majalengka dan Kuningan. “Alhamdulillah, porang ini telah tumbuh subur,” ujarnya kepada roemahmedia.com melalui pesan WhatsApp Selasa 17/11/2020. Foto: Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar, Ir. Dadan Hidayat,MSi "Kami juga, jelasnya, sedang merencanakan Jabar harus bisa memroduksi benih porang terutama yang bersertifikat. Tidak hanya untuk kecukupan Jabar melainkan juga untuk kebutuhan nasional dan internasional," imbuhnya. Porang, katanya, cocok ditanam pada musim hujan. Kolaborasi semua pihak adalah kunci untuk membudidayakan porang. “Kita Kolaborasi, lahan dari kehutanan dan porang dari Dinas Pertanian. Kita hadir bersama dari satu keinginan dalam upaya meningkatkan peluang usaha ekspor porang dari Jawa Barat,” ucapnya Apa sebenarnya tanaman porang ini?  Porang atau dikenal juga dengan nama iles-iles adalah tanaman umbi-umbian dari spesies Amorphophallus muelleri. Manfaat porang ini banyak digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, selain juga untuk pembuatan lem dan "jelly" yang beberapa tahun terakhir kerap diekspor ke negeri Jepang.  Umbi porang banyak mengandung glucomannan berbentuk tepung. Glucomannan merupakan serat alami yang larut dalam air biasa digunakan sebagai aditif makanan sebagai emulsifier dan pengental, bahkan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan lem ramah lingkungan dan pembuatan komponen pesawat terbang, demikian dilansir laman resmi Kementerian Pertanian.  Porang adalah tanaman yang toleran dengan naungan hingga 60%. Porang dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja di ketinggian 0 sampai 700 mdpl. Bahkan, sifat tanaman tersebut dapat memungkinkan dibudidayakan di lahan hutan di bawah naungan tegakan tanaman lain.   Untuk bibitnya biasa digunakan dari potongan umbi batang maupun umbinya yang telah memiliki titik tumbuh atau umbi katak (bubil) yang ditanam secara langsung. Pertanian.go.id menulis, tanaman porang memiliki nilai strategis untuk dikembangkan, karena punya peluang yang cukup besar untuk diekspor. Catatan Badan Karantina Pertanian seperti yang dilansir tirto.id menyebutkan, ekspor porang pada tahun 2018 tercatat sebanyak 254 ton, dengan nilai ekspor yang mencapai Rp 11,31 miliar ke negara Jepang, Tiongkok, Vietnam, Australia dan lain sebagainya.  Harga Jual Porang di Pasaran bisa mencapai Rp2.500 untuk satu umbi dengan berat 4 kilogram. Dalam hitungan normal 100 pohon Porang bisa menghasilkan Rp1 juta. Untuk luasan 1 hektare, kata dia, bisa ditanam sebanyak 6.000 bibit, sehingga bisa menghasilkan 24 ton/hektare, yakni dengan penghitungan 6.000 dikalikan 4 kilogram. Dengan demikian, maka dalam hitungan kasar, jika satu hektare bisa menghasilkan 24 ton, dan dikalikan dengan harga Rp2.500/kilogram, kurang lebih bisa menghasilkan Rp60 juta. ***