Gajah Sumatera, Koperasi Japco & Pemdes Bumi Wangi Kolaborasi wujudkan Desa Tangguh Bencana Iklim dengan Agroforestri Kopi Robusta

BANDUNG, roemahmedia.com - Yayasan Gajah Sumatera, Koperasi Java Preanger Coffee (Japco) dan Pemerintah Desa Bumi Wangi Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung beserta para aktivis Lingkungan Kab Bandung berkolaborasi mewujudkan program Desa Tangguh Bencana Iklim. Salahsatunya dengan membangun agroforestri kopi robusta dari hulu hingga hilir. Bahkan, ke depan direncanakan membangun destinasi wisata kopi. "Tahap awal kita mengidentifikasi, mengurangi, dan mengatasi lahan kritis seluas 42 ha di lahan carik Desa Bumi Wangi," ujar Kasie Pembangunan Pemerintahan Desa Bumi Wangi, Usep, Senin 15 Januari 2024 Menurut Usep, seperti banyak desa lainnya di Indonesia, menghadapi tantangan serius terkait degradasi lahan yang kritis. Perubahan iklim, aktivitas manusia, dan faktor alam lainnya telah menyebabkan lahan menjadi kurang produktif, membahayakan mata pencaharian masyarakat, dan merugikan ekosistem setempat. "Salah satu pendekatan yang dapat diambil adalah melalui program kerjasama rehabilitasi lahan kritis dengan fokus pada penanaman kopi robusta," lanjut Usep. Kopi robusta dipilih karena memiliki adaptasi yang baik terhadap kondisi lahan yang mungkin tidak ideal, sekaligus memberikan potensi ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Desa Bumi Wangi. "Program kerjasama ini diarahkan untuk mencapai tujuan jangka panjang, yaitu memulihkan lahan kritis, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan melestarikan lingkungan," jelas Usep. Dengan mengintegrasikan penanaman kopi robusta sebagai kegiatan utama, diharapkan program ini dapat memberikan dampak positif secara berkelanjutan. Sedangkan menurut Sekjen Forum Komunitas Pencinta Alam (FKPA) Kab. Bandung Wisnu mengapresiasi kolaborasi program strategis ini "Kami sambut baik program ini terutama dalam upaya pemulihan kualitas lahan melalui praktek-praktek konservasi tanah yang berkelanjutan, pelibatan aktif masyarakat dalam proses rehabilitasi, dan penciptaan sistem ekonomi lokal yang berdaya saing," ujar Wisnu. Selain itu, menurut Wisnu yang juga pengurus Koperasi Japco, selain fokus pada rehabilitasi lahan dengan penanaman kopi robusta, kolaborasi ini juga akan fokus pada transfer pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat terkait teknik pertanian yang berkelanjutan, pengelolaan lahan, dan pemasaran produk kopi robusta. Melibatkan kolaborasi antara pemerintah desa, Petani Penggarap, Yayasan Gajah Sumatra, Koperasi Japco dan masyarakat lokal, program ini diharapkan dapat menjadi model yang dapat diadopsi oleh desa-desa lain yang menghadapi tantangan serupa. "Melalui upaya bersama ini, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih baik, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan melestarikan sumber daya alam untuk generasi mendatang," pungkas Wisnu. Sementara itu pengurus Yayasan Gajah Sumatra (YAGASU) Epi Kustiawan mengemukakan, YAGASU bergerak dalam kegiatan lingkungan, mengajak masyarakat untuk sadar akan kondisi lingkungan dan iklim yang semakin parah. Yakni dengan menjaga lingkungan tetap hijau dan melakukan upaya penanaman pohon dilahan-lahan kritis. YAGASU selama lebih lima tahun ini mulai menggalakkan Program Desa Tangguh Bencana Iklim di seluruh wilayah Indonesia. Diantara wilayah yang sudah digarap adalah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, NTB dan NTT. Sebagai penggagas dan leading sector Program Desa Tangguh Bencana Iklim, Epi menuturkan, pihaknya bekerjasama dengan sejumlah kelompok masyarakat untuk mendukung program pemerintah untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim melalui kegiatan restorasi lahan kritis dan pemberdayaan masyarakat. “Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat secara padat karya dengan melibatkan kelompok pemuda dan wanita dari replikasi kegiatan yang sudah berjalan,” ujar Epi Kustiawan, saat sosialisasi program di Desa Bumiwangi Kecamatan Ciparay Kab. Bandung, Jum’at (12/1/2024). Lebih lanjut, menurut Epi Kustiawan, dalam upaya penghijauan penting dilakukan upaya tindakan dan kolaborasi bersama untuk mengatasi keadaan darurat iklim dan alam. Oleh karena itu kita mengajak seluruh kelompok masyarakat untuk melakukan penanaman pohon demi perbaikan iklim dan lingkungan," ujar Epi. Menurut Epi, kegiatan penghijauan yang dilakukan, selain tujuan utamanya untuk memperbaiki iklim, menangkal longsor dan banjir, juga diupayakan bisa memberikan dampak ekonomi langsung terhadap masyarakat. Sehingga varietas pohon yang ditanam, selain berusia diatas 20 tahun, juga sebagian ada yang bisa dijadikan bahan komoditi. Seperti kopi, mangga dan lain sejenisnya. Program Desa Tangguh Bencana Iklim dari YAGASU disambut baik oleh Kepala Desa Bumiwangi, Lukmanul Hakim yang juga merupakan aktivis lingkungan dan penggerak pertanian. Tanah desa seluas kurang lebih 50 hektar yang saat ini sebagian digarap oleh kelompok tani, siap bekerjasama dengan YAGASU untuk Program Desa Tangguh Bencana Iklim. “Kami menyambut baik dan siap bekerjasama untuk program ini. Tentu saja ini akan melibatkan masyarakat yang tergabung dalam sejumlah kelompok tani. Semoga bisa memberikan dampak positif terhadap lingkungan, iklim dan tentu harapan lainnya juga, bisa memberikan dampak kesejahteraan bagi masyarakat,” ujar Lukmanul Hakim, saat sosialisasi di kantor Desa Bumiwangi. Berikut Misi dan Visi Program Tersebut: Misi 1. Rehabilitasi Lahan: •Mengidentifikasi, mengurangi, dan mengatasi lahan kritis seluas 42 ha di lahan carik Desa Bumi Wangi melalui praktik-praktik konservasi yang berkelanjutan. Melibatkan petani penggarap dalam setiap tahap rehabilitasi untuk memastikan keberlanjutan dan penguatan kapasitas lokal. 2.Penanaman Kopi Robusta: •Memilih varietas kopi robusta yang sesuai dengan kondisi iklim dan tanah lokal. •Memberikan pelatihan intensif kepada petani dalam teknik penanaman, pemeliharaan, dan pemuliaan tanaman kopi. 3.Kemitraan yang Berkelanjutan: .Membangun kerjasama yang erat antara petani, pemerintah desa, yayasan gajah sumatra dan Koperasi Japco. .Memastikan keberlanjutan offtaker dengan Koperasi Japco untuk memasarkan dan mendukung hasil kopi petani. •Mendukung pembangunan fasilitas pengolahan kopi modern oleh Koperasi Japco. 4.Pembangunan Tempat Pengolahan •Memastikan fasilitas memenuhi standar kebersihan, efisiensi, dan dapat memproses hasil kopi dari petani secara optimal. 5.Wisata Pengolahan dan Wisata Kopi: •Membangun destinasi wisata pengolahan kopi yang menarik untuk meningkatkan pendapatan dan keberlanjutan ekonomi lokal. •Menyediakan pengalaman wisata kopi yang edukatif dan berkelanjutan bagi pengunjung. 6.Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas: •Menyelenggarakan program pelatihan berkala bagi petani dalam manajemen kebun, pengolahan kopi, dan praktik pertanian berkelanjutan. •Mendorong inovasi dan penggunaan teknologi yang memajukan sektor pertanian lokal. 7.Hiking Kopi: •Membangun rute hiking kopi yang melibatkan petani dan menyajikan pengalaman unik melalui kebun kopi dan area pengolahan. •Memberikan pelatihan kepada pemandu wisata lokal untuk memberikan informasi yang mendalam tentang kopi dan lingkungan sekitarnya. SASARAN 1.Rehabilitasi Lahan dan Penanaman Kopi: •Mengurangi lahan kritis menjadi 20% dari total lahan semula dalam waktu tiga tahun. 2.Kemitraan dan Pemasaran: •Meningkatkan pendapatan petani sebesar 40% dalam tiga tahun pertama. •Memastikan 90% hasil kopi petani dipasarkan melalui Koperasi Japco. 3.Wisata Pengolahan dan Wisata Kopi: •Menarik 10.000 pengunjung per tahun ke destinasi wisata pengolahan kopi. •Meningkatkan PAD dari wisata kopi sebesar 25% setiap tahun. 4.Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas - Melibatkan 90% petani dalam program pelatihan setiap tahun. - Meningkatkan produktivitas lahan petani sebesar 15% dalam waktu dua tahun. 5.Hiking Kopi: •Membuka rute hiking kopi yang panjangnya 5 km dalam waktu satu tahun. •Mengajak minimal 5000 orang untuk melakukan hiking kopi setiap tahun.