Braga Festival Diminta Kembali Digelar, Bakal Makin Semarakkan Braga Beken

Foto Catatan Efi Fitriyyah Braga Festival tahun 2013. (Istimewa)

Foto Catatan Efi Fitriyyah Braga Festival tahun 2013. (Istimewa)

BANDUNG, - Braga Festival sebelumnya menjadi agenda rutin tahunan yang digelar Pemkot Bandung. Terakhir digelar di era kepemimpinan Walikota Ridwan Kamil diselenggarakan namun berubah menjadi Braga Cullinary Festival. Di era kepemimpinan alm Oded tidak diselenggarakan karena terhadang Covid-19 dan hingga tahun 2023 tak lagi diselenggarakan. Memang ada gelaran festival tapi tidak bertajuk Braga Festival tapi diselenggarakan oleh komunitas seni dan budaya seperti dihelat pada pertengahan 2023 bertajuk Nyorang Art Braga. Hal ini tentunya banyak disayangkan oleh warga maupun komunitas seni buda, pelaki UMKM dan beberapa kalangan stakeholder pariwisata Kota Bandung lainnya. Di sisi lain, Pemkot Bandung telah menerapkan Braga Beken atau Braga Bebas Kendaraan setiap Sabtu-Minggu sejak 4 Mei 2024. Braga Beken ini disambut antusias warga dan para wisatawan yang tumplek setiap akhir pekan. "Kita berharap setelah Braga Beken selanjutnya bisa kembali digelar Braga Festival yang sudah menjadi even favorit pariwisata Kota Bandung," jelas Didin (45) warga Karees Kulon Kec Lengkong Bandung di Braga Beken, Sabtu malam 26 Mei 2024. Sejarah Braga Festival , seperti dilansir Kompasiana, telah dilakukan pertama kali pada 30 Agustus hingga 3 September 1961 Pemerintah Kota Bandung menggelar Braga Festival, yang sebetulnya nyaris serupa dengan Braga Festival yang diadakan pada 2010-an. Saat itu, ajang ini menampilkan pameran dagang, berbagai perlombaan hingga pertunjukkan hiburan, diadakan dalam rangka menggalang dana untuk kepentingan PON ke V di mana Bandung menjadi tuan rumah. Sebanyak 16 band musik dan 30 stand tampil dalam event ini. Selain itu digelar pertunjukkan film hingga pagelaran busana, serta berbagai lomba. Untuk bisa memasuki kawasan yang dijadikan, pengunjung membayar karcis Rp5 untuk hari biasa dan Rp10 untuk hari Minggu. Sejak 29 Agustus 1961 hingga 5 September 1961 sejumlah ruas jalan yang terkait dengan areal Braga Festival ditutup mulai dari pukul 16.00 hingga 24.00. Misalnya, Persimpangan Tamblong/Naripan, Cikapundung Barat, Jalan ABC dilarang dimasuki semua jenis kendaraan. Sementara Jalan Lembong/Tamblong hingga Lembong Merdeka hanya tertutup untuk kendaraan becak. Pembukaan dilakukan Rabu petang, 30 Agustus 1961 oleh isteri Gubernur Nyonya Mashudi. Pada hari pertama, Kamis 31 Agustus 1961 melaporkan sekitar 40.000 orang tumpah ruah. Sesaknya pengunjung saat itumembuat panitia menjadi sibuk bukan kepalang, Pada hari kedua 31 Agustus 1961, ada aktivitas para perempuan di Braga Festival yang disebut Surat Kabar Pikiran Rakjat edisi 1 September 1961 sebagai "Matjan Teu Nangan". Sekitar 50 perempuan mengikuti lomba foto, mereka berjalan di muka penonton kemudian masuk ke sebuah ruangan untuk diambil gambarnya. .Gaya berjalan mereka setapak demi setapak sambil lengak-lengok dan senyum.Selain itu ada yang disebut sebagai "Matjan Keliaran", yaitu para perempuan Kowad berjalan tegap. Pertunjukkan lain yang digelar ialah acara anak-anak berupa sulat Dick Travel dan pertunjukkan balet oleh sekolah balet pimpinan Yvonne Jacquet. Pada panggung terbuka tampil sejumlah band, angklung modern dan reog. Pada 1 hingga 3 September 1961 digelar pertunjukkan fashion oleh Baby Huwae, pemilihan ratu peragawati diadakan di Gedung Pusat Kebudayaan Jalan Naripan. Juga digelar lomba scooter. Sementara film yang diputar di Bioskop Dewi yang berada di Jalan Braga ialah Film "Atlantist The lost Continent" pada 30 Agustus 1961, "Cimarron" pada 31 Agustus 1961, "Unhappy Love" pada 2 September 1961, "Ben Hur" pada 2 September seta "Gorgo" pada 3 September 1961. Pada hari penutupan mantan Wakil Presiden Mohammad Hatta dilaporkan hadir di Braga Festival. Hasil lainnya Deetje Dhawajuni, runner up Foto Queen Karang Setra pada 1958 dan Miss Varia 1959 tampil sebagai peragawati Marion Glamour School. Nama lain yang muncul ialah Sumiati Adisubrata menjadi Ratu Vespa. Arti pentingnya Braga Festival 1961 ialah Bandung sudah lama menunjukkan sebagai kota mode, kota musik dan kota kreatif.