DPRD Jabar Optimis Akhir Tahun 2025 Potensi Ekonomi Jabar Tinggi

BANDUNG,- Wakil Ketua DPRD Jawa Barat Iwan Suryawan mengungkapkan optimisme tinggi terhadap potensi ekonomi Jabar di akhir tahun 2025. ‎Perekonomian Jabar diproyeksikan menunjukkan performa kuat menjelang penutupan tahun 2025. Sebagai provinsi dengan kontribusi terbesar terhadap PDB nasional sekitar 14%, Jabar mengandalkan sektor konsumsi dan industri manufaktur sebagai motor utama untuk mendongkrak pertumbuhan. ‎Menurut Iwan, setidaknya ada tiga pilar utama yang akan menopang lonjakan ekonomi Jabar yakni stabilitas belanja pemerintah, peningkatan daya beli masyarakat, dan kinerja sektor investasi. ‎"Kami melihat tren positif yang didorong oleh permintaan musiman, terutama menjelang libur akhir tahun," ujar Iwan, baru-baru ini. ‎Dia menyoroti kontribusi ekonomi Jabar dari sektor industri manufaktur masih mendominasi, mencapai sekitar 42%. ‎Sektor ini diperkirakan tetap ekspansif didukung oleh data Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang, berdasarkan rilis dari lembaga survei seperti S&P Global, konsisten berada di atas angka 50 menunjukkan pertumbuhan dalam beberapa bulan terakhir. ‎Data yang dipublikasikan Bappeda Jabar dan diolah dari angka BPS menunjukkan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jabar pada 2024 diproyeksikan telah melampaui angka Rp1.500 triliun. ‎Dengan momentum akhir tahun 2025, angka ini diprediksi akan terus meningkat. ‎Faktor konsumsi rumah tangga yang menyumbang sekitar 55% terhadap PDRB Jabar diharapkan dapat mendorong perputaran ekonomi yang kuat di masyarakat. ‎Fenomena ini bisa dipicu oleh pencairan bonus akhir tahun bagi para pekerja di akhir tahun yang secara langsung meningkatkan pendapatan yang siap dibelanjakan masyarakat. ‎ "Daya beli masyarakat ini adalah kunci. Kami memproyeksikan perputaran uang di sektor ritel, akomodasi, dan transportasi akan melonjak antara 15% hingga 20% dibandingkan kuartal sebelumnya," ucapnya. ‎Dari sisi kinerja APBD, Iwan menekankan pentingnya realisasi belanja pemerintah yang optimal. Target penyerapan APBD Jabar yang mencapai kisaran Rp31 triliun dari APBD murni dan Rp32,8 triliun pada anggaran perubahan 2025 harus dioptimalkan dalam sisa waktu yang ada. ‎Selain itu, sektor pariwisata Jabar juga menjadi primadona. Dengan status Jabar sebagai tujuan wisata domestik utama, kunjungan wisatawan diperkirakan meningkat drastis. ‎Berdasarkan data historis Dinas Pariwisata Jabar, provinsi ini dapat menerima lebih dari 60 juta pergerakan wisatawan domestik sepanjang tahun dan puncaknya selalu terjadi pada Desember. ‎"Daerah-daerah seperti Bandung Raya, Bogor, dan Cirebon kalau melihat data-data dari dinas, berpotensi mengalami streaming okupansi hotel dan kunjungan restoran yang sangat vital bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pajak hotel dan restoran," ujarnya. Dia juga mengingatkan Pemprov Jabar dan pihak terkait mewaspadai potensi risiko, terutama inflasi. Peningkatan permintaan yang drastis harus diimbangi dengan kecukupan, khususnya untuk komoditas strategi pangan agar laju inflasi tetap terjaga di batas aman yaitu sekitar 2% hingga 4%. “Kami meminta Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) untuk bekerja ekstra. Jangan sampai euforia ekonomi akhir tahun justru tergerus oleh kenaikan harga yang tidak terkendali,” katanya. ‎Secara keseluruhan, Iwan menyimpulkan bahwa momentum akhir tahun 2025 akan memberikan dorongan signifikan bagi perekonomian Jawa Barat menjadi penutup tahun yang kokoh dan fondasi yang kuat untuk target pertumbuhan tahun 2026. ‎DPRD Jabar akan terus menyatukan realisasi APBD dan pergerakan harga pasar untuk memastikan stabilitas perekonomian tetap terjaga hingga 31 Desember 2025.