Hari Pertama Bey Machmudin Sapa Pegawai dan Keliling Gedung Sate

KOTA BANDUNG, roemahmedia.com - Bey Machmudin melakukan aktivitas pertama di Gedung Sate sebagai Penjabat Gubernur Jawa Barat dengan menyapa pegawai dan melihat fasilitas yang tersedia. Menurut Bey, fasilitas yang berada di Gedung Sate sangat komplet dengan kualitas jempolan. Ketika berkeliling pegawai ASN di Lingkungan Setda Provinsi Jabar sudah menerapkan Mekanisme Kerja Dinamis (Dynamic Work Arrangement/DWA). "Hari pertama melihat-lihat fasilitas juga bertemu pegawai yang juga sudah (menerapkan) WFA (Work From Anywhere). Ya memang kenyataannya disrupsi teknologi seperti ini, yang penting _output_ dan _outcome_ dari pegawai tidak berubah," tutur Bey saat ditemui di area Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (7/9/2023). Ketika berkeliling Bey terlihat sangat menikmati udara Kota Bandung yang sejuk. Karena itu, ia berharap banyak warga Bandung yang melakukan aktivitas dengan mengurangi kendaraan dan berjalan kaki. "Bandung ini udaranya sejuk, harusnya mungkin lebih banyak lagi (warga) yang berjalan kaki," imbuhnya. Meskipun baru dua kali menginjakkan kaki di Gedung Sate ketika SD dan sekarang menjadi Pj. Gubernur Jabar, Bey sangat terkesan dan ada beberapa bangunan yang sudah direnovasi menjadi lebih bagus. "Kesannya baik dan bagus, ada beberapa ruangan yang direnovasi di Gedung Sate," ujar Bey. *Tak gunakan Gedung Pakuan* Bey mengungkapkan pula bahwa ia tidak menggunakan Gedung Pakuan sebagai rumah dinasnya selama ia bekerja sebagai Pj. Gubernur Jabar. Saat ini ia memilih tinggal bersama orangtuanya di Kota Bandung yang tidak jauh dengan Gedung Sate, jarak tempuhnya hanya sekitar 10 menit. "Gedung Pakuan saya sudah lihat, cuma belum (menempati), saya masih di rumah ibu saya dulu _ageung pisan_ . Saya _kan_ cuma sedikit (anggota keluarganya). Rumahnya (ibu saya) deket dari sini lebih kurang 10 menit kalau _nggak_ macet. Naik sepeda juga _nyampe_," ungkapnya. Selain itu, Bey juga saat ini belum sepenuhnya menggunakan pengawal pribadi saat berkendara. Ia menyebut hal itu akan digunakan pada momen-momen tertentu saja karena merasa tidak enak dengan pengendara lain. " _Yah_, memang kalau macet itu perlu, cuma kadang-kadang suka _nggak_ enak sudah macet kita bersuara (klakson patwal). Saya realistis saja, kalau memang perlu, ya, perlu. Sampai sekarang kebiasaan _sorangan wae kumaha_ ," tandas Bey.