Nawasena, Pengolahan Sampah Efektif Inovasi Komunitas Tionghoa Kota Bandung

Bisa olah 3 ton per tujuh jam, tak ada sisa sampah semua jadi Briket dan non insenerator

Ir. Tan Tjong Boe (kiri) pengelola inovasi pengolahan sampah Nawasena dari Komunitas Tionghoa yang juga Ketua Duta Toleransi Kota Bandung saat memaparkan demo mesin pengolahan sampah Nawasena kepada roemahmedia.com belum lama ini.

Ir. Tan Tjong Boe (kiri) pengelola inovasi pengolahan sampah Nawasena dari Komunitas Tionghoa yang juga Ketua Duta Toleransi Kota Bandung saat memaparkan demo mesin pengolahan sampah Nawasena kepada roemahmedia.com belum lama ini.

Mesin Nawasena dan briket yang dihasilkan. BANDUNG, roemahmedia.com - Kepedulian dan rasa prihatin atas masalah sampah yang kerapkali menjadi masalah besar di Kota Bandung membuat Komunitas Tionghoa Kota Bandung tergerak untuk turut membantu Pemerintah Kota Bandung dengan membuat inovasi pengolahan sampah yang efektif. Lantas, komunitas Tionghoa tersebut menggandeng para ahli mesin pengolahan sampah untuk membuat mesin pengolahan sampah residu dan non residu, tanpa harus dipilah terlebih dahulu tetapi bisa langsung semuanya diolah menjadi briket. Alhasil, kini telah Alat pengolahan sampah yang digunakan terbilang sederhana dan tidak menggunakan sistem pembakaran atau insenerator sehingga tak ada polusi alias zero waste. Pengolahan sampah menjadi briket ini bermanfaat secara ekonomi maupun lingkungan. Juga merupakan salahsatu alternatif persoalan sampah di Kota Bandung. "Masin ini kami beri nama Nawasena, dan bisa mengolah sampah organik dan residu 3 ton per 7 jam," ujar Ir. Tan Tjong Boe dari Komunitas Tionghoa yang juga Ketua Duta Toleransi Kota Bandung, saat roemahmedia.com meninjau langsung ke lokasi di Kelurahan Isola Kec. Sukasari Kota Bandung, belum lama ini. Turut hadir Pengelola Sampah Nawasena Kampung Toleransi, Yaya Suhaya yang juga sebagai teknisi mesin Nawasena. Lebih jelas lagi, menurut Yaya, inovasi mesin Nawasena bisa mengolah baik sampah residu organik maupun anorganik. Tahap awal, sampah organik dan sampah plastik atau residu langsung dimasukkan ke alat pencacah dimana terlihat sampah menjadi cacahan kecil. Kemudian, cacahan sampah tersebut diberi tepung tapioka dan dicampur "ramuan khusus" zat adiktif (hanya Rp 3.500/kg) seperti serbuk pakan ikan. Setelah dimasukkan ke dalam alat lainnya jadilah briket! Briket tersebut, kemudian diujicobakan menjadi bahan bakar kompor yang dibuat khusus dengan booster menggunakan air tawar. Uniknya, api yang dihasilkan tidak berbau. Setelah itu, hasil olahan sampah dicetak menjadi briket. Dengan briket sampah ini bisa mendidihkan air hanya 3 menit. "Satgas Citarum dan Jatiluhur sudah menggunakan mesin ini. Hasil briketnya di Jatiluhur dipakai oleh pabrik tahu. Sekarang kita di RW 2 Kelurahan Isola sedang uji coba alat ini," kata Yaya. Menurut Yaya, sampai saat ini, sudah ada beberapa daerah lain yang menggunakan mesin pengolah sampah tersebut, seperti Indramayu yang memesan 6 set. Selain mesin pengolah sampah residu, Yaya juga memaparkan mesin kompor Biomas untuk memanfaatkan sampah kayu dan daun menjadi bahan bakar. Ia mengatakan, pabrik di Indramayu dan lainnya jadi sudah banyak menggunakan kompor tersebut. Sementara itu, Pj Walikota Bandung Bambang Tirtoyuliono pun menyambut antusias inovasi pengolahan sampah Nawasena saat pertemuan dengan Duta Toleransi dan Komunitas Tionghoa di Balai Kota Bandung, Jumat 24 November 2023. "Ternyata Komunitas Tionghoa dan Kampung Toleransi juga sudah sering diskusi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) mengenai inovasi ini. Terima kasih, inovasi yang diberikan membuat saya optimis kita bisa menyelesaikan permasalah sampah dengan cepat," ujarnya. Hal tersebut disampaikan Pj Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono saat berdiskusi bersama Komunitas Tionghoa di Balai Kota Bandung. Mesin sampah Nawasena ini bisa menjadi alternatif solusi masalah sampah di Kota Bandung. "Kami siap investasi jika Pemkot Bandung akan menggunakan Nawasena dalam skla besar, misalkan tahap awal satu mesin setiap kecamatan," ujar Tan. Kita tunggu!